Bulan Ramadan yang seharusnya disambut dengan kebahagiaan dan kekhusyukan justru menjadi awal penuh ujian bagi puluhan keluarga di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya.Â
Pergerakan tanah yang semakin meluas akibat curah hujan tinggi saat ini merusak sekitar 90 rumah memaksa 106 kepala keluarga (KK) atau sekitar 273 jiwa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Daerah bencana masih merupakan satu kabupaten dan berada tidak terlalu jauh dari tempat saya. Selain ke pengungsian, beberapa rekan yang juga ikut terdampak akhirnya mengungsi ke rumah keluarga atau saudara terdekat.
Bencana di Tengah Ibadah
Peristiwa ini terjadi sejak beberapa pekan terakhir, tetapi intensitasnya meningkat menjelang Ramadan akibat hujan deras yang terus mengguyur wilayah Tasikmalaya.Â
Tanah di sekitar permukiman warga terus bergerak 1 hingga 3 sentimeter per hari, menyebabkan retakan di dinding rumah, jalanan yang terbelah, dan beberapa bangunan yang mulai miring hingga tidak layak huni.
Di saat sebagian besar umat Islam menjalani tarawih pertama dengan suasana hangat di rumah dan masjid, para pengungsi di Cikondang harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru mereka.Â
Salat tarawih pun dilakukan di GOR Desa Cikondang, yang kini difungsikan sebagai tempat penampungan sementara. Dengan beralaskan tikar dan penerangan seadanya, mereka tetap berusaha menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan.
"Kami sedih karena harus meninggalkan rumah, tapi keselamatan lebih utama. Ramadan kali ini berat, tapi kami percaya ada hikmah di balik semua ini," ujar Nani (47), salah satu pengungsi yang rumahnya mengalami kerusakan parah.
Ramadan di Tengah Kekhawatiran