Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tanpa sadar membiasakan menggunakan istilah seperti anjay, anjir, atau variasi lainnya dalam percakapan. Kata-kata ini berasal dari plesetan kata anjing, yang dalam konteks tertentu digunakan untuk mencela atau menghina.Â
Awalnya mungkin hanya dianggap sebagai lelucon atau ekspresi spontan, tetapi pernahkah kita berpikir bahwa kebiasaan ini bisa berbahaya, baik dari sisi etika komunikasi maupun ajaran Islam?
Bahasa Cerminan Akhlak
Islam mengajarkan bahwa setiap kata yang keluar dari mulut kita akan dipertanggungjawabkan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf: 18)
Ayat ini menegaskan bahwa ucapan sekecil apa pun memiliki konsekuensi. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga cerminan akhlak dan kepribadian seseorang. Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya menjaga lisan:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, berbicara dengan kata-kata kasar atau tidak pantas, meskipun dalam konteks bercanda, bukanlah kebiasaan yang dianjurkan dalam Islam.
Hinaan dan Neraka Wail
Dalam QS. Al-Humazah ayat 1, Allah SWT memberikan peringatan keras:
"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela!"