Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buang Jauh-jauh Mimpi Itu

26 November 2022   12:26 Diperbarui: 26 November 2022   12:28 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ancaman resesi ekonomi yang kemungkinan terjadi pada tahun 2023 makin banyak muncul di media massa. Tak hanya di media massa (mainstream) lokal dan global, issue itu juga berkembang di media sosial dengan versi masing-masing.

Memang, setelah pandemic Covid 19, dunia mengalami banyak perubahan. Ada negara yang secara fundamental ekonominya kuat sehingga tidak terpengaruh oleh factor eksternal. Namun banyak negara yang secara fundamental ekonomi kuat tetapi masih saja terancam resesi karena banyak factor.

Nah kondisi ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang mempredisksi Indonesia bakal terjebak pada resesi 2023. Padahal hal itu belum tentu karena dunia global memang pernah mengalami 2-3 kali resesi yaitu 1998 yaitu resesi ekonomi Asia, dimana Indonesia terjebakk pada resesi itu. Lalu pada tahun 2008 dan 2016 sebenarnya terjadi resesi ekonomi dunia, namun Indonesia tidak terjebak pada resesi itu. Sehingga sebenarnya prediksi beberapa pihak itu adalah spekulasi yang tidak berdasar.

Lebih parahnya lagi adalah selain menghembuskan spekulasi itu, beberapa pihak ini juga mendengungkan pentingnya pendirian khilafah di Indonesia. Menurut mereka secara secara Indonesia dekat dengan kekhilafahan Utsmani yang berjaya beberapa abad lamanya, dan runtuh pada awal abad 19.

Nah, Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim dianggap secara roh bisa mendirikan kekhilafahan dimana dalam sejarah memang beberapa kali gerakan yang mengatasnamakan agama berusaha menegakkan syariat Islam. Seperti Masyumi yang dituduh di bawah gerakan DI TII untuk menegakkan negara Islam dan syariat Islam sebagai dasar negara.

Hal ini amat ditentang oleh Bung Karno dan Bung Hatta yang secaa pribadi dan kenegarawanan, beliau tahu bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia dan corak negara kita memang khusus karena banyaknya keberagaman etnis dan keyakinan di negara kita. Sehingga meski Bung Karno adalah seorang muslim, beliau  tidak setuju dengan syariat Islam sebagai dasar bernegara. Beliau juga mencoret kata syariat Islam dari sila Pertama Pancasila mula-mula. Tak sampai di situ, beliau juga membubarkan Masyumi yang erat dengan DI TII.

Karena itu, kita jangan terjebak pada mimpi untuk mendirikan kekhilfahan, alih alih dengan provokasi resesi ekonnomi global. Negara kita terdiri dari ribuan keberagaman yang sudah talin temalin berabad-abad. Jadi buang jauh obsesi soal khilafah di NKRI. Itu hanya mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun