Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Apa Narasi yang Seharusnya Ada Saat Ramadhan?

18 April 2021   20:54 Diperbarui: 18 April 2021   21:43 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda punya akun twitter ? Atau Facebook. Pasti punya dong. Jika tidak terlalu aktif  biasanya kita hanya membuka dan melihat-lihat status teman lama atau kerabat kita. Atau terkadang kita membuka status di WhattsApps beberapa teman atau kerabat kita.

Dari semua status-status yang and abaca di media sosial itu, apakah masih ada yang menulis sebutan personal atau kelompok orang dengan sebutan kadrun dan kampret; dua istilah yang sangat viral saat terjadi pilkada Jakarta tahun 2016 dan Pemilihan Presiden tahun 2018 lalu. Dua istilah itu mengacu pada pendukung capres tertentu.

Yang membuat kita semua sedih adalah sebutan-sebutan itu seringkali diikuti dengan ucapan-ucapan tak sopan yang sering tidak selayaknya didengar atau dibaca orang. Bukan saja tak sopan tapi juga mengadung amarah yang di luar batas kendali. Ucapan dan narasi itu tidak saja mengandung ujaran kebencian namun sampai pada fitnah dan hoax. Bahkan ketika salah satu capres itu menang dalam Pemilu, beberapa kelompok yang tidak puas pada pemilu bahkan menghina presiden terpilih yang notabene adalah lembaga negara.

Narasi yang pernah beredar di media sosial itu semisal narasi : Jika si A yang memenangkan pemilu maka azan tidak akan berkumandang di masjid-masji atau mushala. Ini adalah bentuk narasi yang tidak saja bersifat fitnah namun juga berisi tuduhan tidak berdasar karena kita semua harus paham bahwa negara kita dibangun dengan dasar Pancasila dan UUD 1945, yang didalamnya ada pengakuan bahwa kita terdiri  dari berbagai etnis dan keyakinan, dari Sabang sampai Merauke.

Jika segala narasi kebencian, fitnah dan hoax yang membelah bangsa dan bersifat politis mulai memanas sejak 2016, maka ada sekitar lima ramadhan kita habiskan untuk narasi tak berguna dan mengandung kemunduran akhlak itu sampai dengan tahun ini. Karena tahun ini, bahkan bulan ini jika kita telaah lagi status-status rekan dan kerabat kita di media sosial masih saja diwarnai dengan ujaran kebencian, provokasi dan hoax.

Sampai disini kita harus merenung; untuk apa ramadhan yang setiap tahun kita jalani ini sementara kita dan lingkungan masih saja menebarkan rasa benci , hoax dan provokasi. Entah itu berdasar politis, rasa iri dan dengki  bahkan ekonomi. Ramadhan yang kita jalani bersama selayaknya adalah benteng untuk memperkuat keimanan kita. Jika iman kita kuat kepada Allah SWT maka semua tutur kata, sikap dan narasi yang kita ungkapkan di media sosial biasanya mencerminkan Allah yang penuh damai dan bersikap bijak.

Karena itu, kita harus dapat mengubah rasa benci dan keinginan untuk sebarkan hoax menjadi sikap yang menyebarkan kedamaian seperti yang selalu diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun