Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dalamnya Ilmu Siratkan Sikap Toleransi Kita

5 Agustus 2021   13:37 Diperbarui: 5 Agustus 2021   13:54 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang menarik dengan apa yang dikatakan Rais Syuriyah Penguruh Nahdatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahaudding Nursalim atau lebih dikenal dengan gus Baha sekitar satu tahun lalu. Pemuka agama ini mengatakan bahwa memang tidak semua orang punya sikap toleransi atau mampu bertoleransi.

Satu kunci penting bagi seseorang untuk memiliki sikap toleransi adalah memiliki referensi keilmuan yang cukup. "Pikiran saya sederhana, ilmu itu melahirkan sikap. Jika punya referensi yang cukup tentang toleransi maka kita hidup di mana saja maka akan tetap toleransi," ucap Gus Baha. Beliau menyampaikan bahwa dengan memiliki sikap toleransi membuat seseorang bisa hidup di lintas negara, agama dan komunitas.

Contoh sederhana yang bisa kita lihat adalah bagaimana seseorang semisal dari Indonesia, bersuku bangsa Lombok lalu dia mendapat beasiswa di Perancis, otomatis dia menyesuaikan diri dengan kondisi Perancis. Dia harus bergaul dengan orang yang berbeda warna kulit dengannya, berteman dengan orang yang punya keyakinan yang berbeda. Saling menghargai dan menghormati ini sangat sulit dicapai jika dia berpikiran sempit; semisal dia hanya mau bergaul dengan segolongan saja, yang mungkin tidak mereka dapati di negara asing itu. Sebaliknya dia harus membuka diri terhadap orang lain; teman-temannya berkulit putih atau hitam; berkeyakinan non muslim, bahkan mungkin tidak beragama dll.

Dengan kondisi seperti itu seseorang itu tidak boleh memusuhi teman-temannya atau dosennya. Seorang muslim tidak boleh memerangi umat beragama lain karena konteksnya tidak dalam suasana perang seperti pada zaman kita meraih kemerdekaan melawan Jepang atau Belanda.

Dengan gambaran seperti itu, kita harus sadar bahwa damai dan perang ada konteks rasionaliasnya. Menurut Gus Baha lebih lanjut mengutip Surat Al-Mumtahanah ayat 7 " Sehingga tidak heran jika seorang yang kita benci, bisa saja suatu saat nanti ditakdirkan Allah menjadi seseorang yang kita dicintai," katanya. Dia juga mencontohkan cerita toleransi soal seorang Yahudi yang meminta  tolong ke Siti Aisyah, setelah ditolong lalu ia mendoakan agar Aisyah selamat dari siksa kubur. Dia juga memberikan beberapa contoh lain soal toleransi dan ini mengindikasikan bahwa di al Quran sendiri banyak ajaran yang mengutamakan soal toleransi. Karena itu semakin kita belajar agama, akan memberi kita dimensi soal toleransi.  

Sehingga, memang tidak dibenarkan jika kita memilih-milih pihak yang harus ditolong; atau hanya mau menolong kaumnya atau golongannya saja. Apalagi pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Kita harus mengutamakan kemanusiaan dan toleransi dibanding menyoroti perbedaan golongan dan keyakinan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun