Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada Konten Khilafah di Masa Pandemi

14 Juni 2020   02:57 Diperbarui: 14 Juni 2020   02:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waspada di Tengah Pandemi - tempo.co

Di masa pandemi covid-19 ini, mengajarkan banyak hal kepada kita semua. Salah satunya kita 'dipaksa' untuk melek teknologi. Ketika pertemuan fisik dibatasi, namun pertemuan online justru merebak dimana-mana. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak tertularnya virus corona. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan juga menuntut agar kita semua konsisten melakukan social distancing. Pemerintah juga menganjurkan melakukan berbagai aktifitas dari rumah. Baik itu bekerja, belajar ataupun beribadah, dianjurkan untuk dilakukan di rumah saja.

Ketika PSBB, aktifitas melalui dunia maya tentu saja mengalami peningkatan. Aktifitas anak-anak di dunia maya pun, suka tidak suka juga akan meningkat. Entah itu untuk keperluan belajar, browsing ataupun bermain game. Karena adanya peningkatan aktifitas di dunia maya inilah, yang kemudian akhirnya banyak dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda radikalisme di media sosial. Bibit kebencian, provokasi dan berita bohong juga ikut disebarkan di masa pandemi ini.

Jika kita tidak bisa mengantisipasinya dengan penguatan literasi, dikhwatirkan akan mudah terprovokasi dan ikut larut dalam pembelokan opini yang mereka lakukan. Misalnya, ketika pemerintah melakukan pembatasan aktifitas di tempat ibadah dan menutup tempat ibadah sementara waktu, kelompok radikal ini langsung melontarkan provokasi di media sosial. Pemerintah dianggap tidak berpihak kepada umat beragama. Pemerintah dianggap justru berpihak pada pengusaha, karena pusat perbelanjaan masih diperbolehkan buka.

Kini, ketika wacana pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan dibuka dan diberlakukan new normal, kembali lagi provokasi dimunculkan. Pemerintah dianggap tidak melindungi warganya, dan segala macamnya. Pola provokasi dan penyebaran bibit radikalisme di dunia maya ini, memang bukanlah hal yang baru. Ketika  masyarakat mengalami kebingungan, biasanya mereka akan muncul sebagai pihak yang bisa memberikan solusi. Dan solusi yang ditawarkan selalu sama, yaitu khilafah.

Padahal, konsep khilafah yang selalu digaungkan oleh mereka jelas bertentangan dan tidak sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia yang majemuk. Indonesia memang negara dengan penduduk muslim terbesar, namun bukan berarti Indonesia adalah negara Islam. Karena di Indonesia juga terdapat masyarakat yang menganut Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Indonesia juga mempunyai banyak aliran kepercayaan yang melekat di masing-masing suku yang ada dari Aceh hingga Papua.

Mari terus tingkatkan kewaspadaan di masa pandemi ini. Jangan sampai kekhawatiran masyarakat akan pandemi, justru akan memicu kepanikan baru yang sengaja dihembuskan oleh kelompok radikal. Dengan bergotong royong, kita akan bisa melewati segala cobaan yang melanda. Termasuk cobaan virus covid-19 ini. Jaga kesehatan, tetap jaga jarak aman, tapi tetap saling menghargai dan menghormati antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun