Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karakter Indonesia Cinta Damai, Stop Provokasi, Hoaks, dan Kebencian

8 Maret 2019   08:30 Diperbarui: 8 Maret 2019   08:48 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - mayung.dutadamai.id

Salah satu pendidikan yang sangat penting diperkuat di Indonesia adalah pendidikan karakter. Pendidikan ini merupakan dasar, agar kita tidak lupa dengan karakter kita sebagai warga negara Indonesia. Kepandaian yang kita miliki, harus tetap diimbangi dengan karakter keindonesiaan. 

Sehingga kepandaian yang kita punya, diharapkan akan bisa bermanfaat dan diimplementasikan untuk kepentingan masyarakat luas. Sehingga, saling tolong menolong yang merupakan karakter masyarakat kita akan tetap terjaga.

Dalam kehidupan yang serba modern ini, rasa saling tolong menolong antar sesama memang tidak sepenuhnya berjalan. Terkadang, orang mau menolong hanya karena saudara, karena sama keyakinan, sama sukunya, atau karena persamaan yang lainnya. Kondisi ini diperparah dengan semakin masifnya provokasi, ujaran kebencian, dan berita bohong yang banyak beredar di dunia maya. 

Hanya karena berbeda pandangan, seseorang bisa saling bermusuhan di dunia maya. Hanya karena berbeda pilihan politik, bisa saling mencaci dan memaki. Hanya karena berbeda agama, seseorang bisa melakukan persekusi. Dan karena perbedaan ideologi, bahkan ada yang berani melakukan aksi teror dengan cara apapun.

Dampak dari provokasi, ujaran kebencian dan hoax jelas sekali. Dan lagi-lagi, kita sebagai masyarakatlah yang menjadi korban. Untuk urusan politik, oknum politik bisa menyewa jasa penyebar hoax dan kebencian untuk menjatuhkan lawan politiknya. Masyarakat kemudian terbelah dan saling bersebarangan. 

Dalam konteks demokrasi, berbeda pilihan dan pandangan sebenarnya hal yang wajar karena itu bagian dari kebebasan berpendapat dan berekspresi. Yang menjadi persoalan adalah jika perbedaan itu dipengaruhi oleh provokasi, hoax dan kebencian. Yang menjadi persoalan adalah jika perbedaan itu kemudian diarahkan untuk melakukan tindakan intoleran, menggalang massa untuk melakukan sesuatu. Perilaku inilah yang terkadang masih terjadi saat ini.

Media sosial seringkali digunakan sebagai media untuk menyebarkan provokasi, hoax dan ujaran kebencian. Akibatnya tidak sedikit generasi muda dan masyarakat menjadi korban dari provokasi dan informasi sesat di dunia maya. Masih rendahnya budaya baca dan literasi di tingkat masyarakat, membuat informasi negative itu mudah menyebar dan ironisnya informasi hoax dan hate speech, dianggap sebagai sebuah informasi yang benar. Padahal, informasi yang diyakini benar itu adalah informasi yang salah.

Mari kita saling mengingatkan. Kita adalah warga negara Indonesia, yang mempunyai berbagai macam suku, budaya, agama dan bahasa. Yang memiliki berbagai macam adat istiadat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Namun, dalam keragaman tersebut kita tetap satu, Indonesia. Dalam keragaman tersebut kita tetap saling menghormati dan menghargai. 

Dan dalam perbedaan latar belakang tersebut, kita tetap bisa hidup saling berdampingan satu dengan yang lainnya, tanpa harus saling membenci. Stop menyebar berita bohong, menyebar ujaran kebencian dan melakukan provokasi di media sosial. Mari kita saling berangkulan, saling berdampingan, karena sesungguhnya kita adalah manusia yang cinta damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun