Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Ramadan dan Idulfitri Terjadi Tiap Bulan

22 Juni 2018   09:29 Diperbarui: 22 Juni 2018   09:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Andai tiap bulan ada Ramadan dan Idulfitri, begitu menyenangkan," guman seorang teman non muslim yang duduk dekat saya di kantor.

"Kenapa ? " ujar saya heran.

"Tidak kenapa-kenapa," katanya sambil tersenyum malu.

Saat itu (perbincangan itu terjadi 2 tahun lalu) saya memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi. Tapi hati masih saja penasaran karena ucapan itu janggal di hati saya. Meski dia non muslim pasti tahu tak mungkin Ramadan terjadi tiap bulan, sehingga pasti ada alas an kuat dia mengatakan itu. Beberapa bulan kemudian, saya bertanya padanya.

"Kamu pernah mengatakan begitu menyenangkan jika Ramadan dan Idulfitri terjadi setiap bulan? Kenapa ?" kata saya kepada teman saya itu.

"Wah, itu lagi ya ? " katanya. Saya yang masih penasaran mendesaknya untuk mengemukakan alasannya berkata itu. Lalu meluncurlah cerita yang bagi saya agak mengagetkan.

Dia mengatakan bahwa, ada perbedaan sikap kaum muslim yang amat terasa antara Ramadan dan Idulftri dibanding bulan-bulan sebelumnya. Saat Ramadan dan Idulfitri, sikap teman-teman yang beragama muslim sangat ramah, ujar dia. Selain ramah, baik dan jarang berujar yang tidak menyenangkan seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya. Pada bulan sebelum-sebelumnya biasanya ujaran kebencian dan tidak simpatik sering dia terima (sebagai minoritas) dari mereka yang mayoritas.

"Suasana sering tidak nyaman. Sehingga ketika Ramadan dan Idulfitri, hal-hal seperti itu tidak ada lagi. Oran-rang yang sebelumnya membenci kami seperti melupakan dan semuanya menjadi baik," katanya lirih. 

Dia menambahkan , ketika Idulfitri, teman-teman dari muslim terlihat sumringah ketika teman-teman lain (termasuk non muslim) memberikan ucapan kepada yang merayakan. "Mereka ucapkan kata maaf, dan kami saling memafkan. Itu ucapan yang paling kami nantikan, karena nyaris sepanang tahun ujaran kebencian membendung kami tanpa ampun," katanya.

Meski bisa menerima ucapannya, cerita darinya itu cukup mengagetkan bagi saya yang beragama muslim. Jujur saya tidak pernah berfikir bagaimana Ramadan dan Idulfitri dari kacamata pihak atau orang-orang di luar muslim.

Bagi saya itu pengakuan yang jujur dan terbuka serta membuka matahati saya sebagai umat muslim. Tak mudah untuk mengatakan bahwa mereka merasa tak nyaman atas ujaran-ujaran kebencian yang mereka terima selama bertahun-tahun dan berhenti sejenak ketika Ramadan dan Idul Fitri. Satu bulan penuh mereka merasakan kenyamanan dan ketika Idulfitri tiba, semuanya melebur dan saling memaafkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun