Mohon tunggu...
Nunik Utami
Nunik Utami Mohon Tunggu... Penulis

Penulis, Blogger, Editor Buku, Trainer Penulisan https://www.nunikutami.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Cyber Security End-to-End dan Alasan Bisnis Butuh Proteksi dari A sampai Z

25 Juni 2025   21:55 Diperbarui: 25 Juni 2025   20:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman sekarang, menjalankan bisnis tanpa pengamanan siber itu ibarat naik motor ngebut tanpa helm. Mungkin aman hari ini, tapi kalau sial, risikonya bisa fatal. Dunia digital sudah semakin kompleks. Sayangnya, para penjahat siber juga ikut naik level. Jadi, pengamanan setengah-setengah bukan lagi pilihan. Harus total, menyeluruh, dan menyentuh semua titik lemah.

Itu sebabnya saya percaya konsep cyber security end-to-end bukan cuma jargon teknologi, tapi sudah jadi kebutuhan primer, setara dengan koneksi internet itu sendiri.

Bukan Sekadar Amankan Jaringan

Selama ini, saya sering lihat banyak bisnis merasa sudah aman hanya karena punya firewall dan antivirus. Padahal, serangan siber nggak cuma datang dari jaringan. Kadang justru masuk dari sisi yang paling 'manusiawi' seperti kebiasaan klik link sembarangan, password yang mudah ditebak, atau perangkat pribadi yang tidak dilindungi.

Cyber security yang benar itu menyeluruh, yaitu dari network layer, endpoint, aplikasi, sampai ke sisi pengguna. Bahkan sistem fisik seperti data center pun perlu dijaga.

Kalau mau analogi sederhana, ini seperti menjaga rumah. Kita nggak cuma pasang pagar tinggi di depan, tapi juga mengunci semua pintu, jendela, pasang CCTV, dan pastikan semua penghuni mengerti SOP keamanan.

Proteksi dari Hulu ke Hilir

Saat ini saya melihat semakin banyak perusahaan yang mulai sadar pentingnya proteksi digital, tapi realitanya, kebanyakan baru sebatas "titik-titik" tertentu saja. Mereka mengamankan cloud, tapi lupa perangkat pengguna. Atau mereka pakai solusi keamanan aplikasi, tapi jaringan mereka masih longgar.

Yang dibutuhkan adalah pendekatan yang terintegrasi, yaitu:

  • Deteksi dini terhadap ancaman luar (sebelum benar-benar menyerang),
  • Mitigasi serangan jaringan seperti DDoS,
  • Pengamanan API yang sekarang jadi tulang punggung sistem digital modern,
  • Manajemen akses pengguna berbasis kebijakan perusahaan,
  • Monitoring aktivitas mencurigakan lewat AI dan video analytics di area sensitif.

Buat saya, keamanan siber itu harus dibangun dari pondasi. Harus menyatu dengan sistem operasional. Harus adaptif. Sebab, serangan digital itu terus berubah bentuk.

Human Layer adalah Titik Lemah Terbesar

Kalau ditanya titik paling rentan dalam sistem keamanan TI, jawabannya menurut saya selalu sama, yaitu faktor manusia.

Mau sekuat apa pun proteksi digital, kalau penggunanya gampang tertipu atau sembarangan buka file, semua bisa jebol. Makanya saya suka konsep proteksi human layer. Bukan dalam arti menyalahkan pengguna, tapi justru melindungi mereka dengan sistem yang membatasi akses, menyaring ancaman sebelum sampai ke mereka, dan edukasi yang berkelanjutan.

Saya juga percaya, sisi manusia ini sering kali dilupakan. Padahal, sebanyak apapun teknologi yang dipasang, semuanya bisa runtuh kalau user-nya jadi celah masuknya serangan.

Tantangan Nyata di Industri

Industri seperti perbankan, layanan publik, startup digital, saya anggap sebagai yang paling 'rawan'. Sebab, semua transaksi mereka digital, operasional mereka tergantung pada sistem yang harus always on, dan downtime sekecil apa pun bisa jadi bencana.

Kalau sistem mereka diserang, bukan cuma soal kerugian materi, tapi juga kepercayaan publik bisa hancur seketika. Reputasi itu, seperti yang kita tahu, jauh lebih susah dibangun dibandingkan data recovery.

Itulah sebabnya, menurut saya, di sektor-sektor ini, pengamanan TI bukan lagi bagian dari IT saja. Tapi sudah menjadi strategi utama bisnis. Harus masuk ke rencana jangka panjang perusahaan.

AI dan Real-Time Detection adalah Masa Depan Keamanan Digital

Saya pribadi juga melihat bahwa teknologi berbasis AI akan menjadi tulang punggung keamanan digital di waktu mendatang. Bukan karena AI itu keren, tapi karena AI bisa bereaksi lebih cepat daripada manusia. Bayangkan, AI bisa membaca pola aneh, mendeteksi pergerakan mencurigakan dari kamera, bahkan mengenali serangan sebelum benar-benar berdampak.

Sistem seperti ini menurut saya sangat penting di data center atau sistem operasional penting. Sebab, percuma ada kamera kalau tidak ada yang nonton. Tapi kalau sistem bisa auto-alert, akan jauh lebih efektif.

Defense in Depth: Strategi yang Masuk Akal

Semua pendekatan yang saya ceritakan tadi sebenarnya masuk ke dalam satu konsep yang menurut saya paling masuk akal yaitu Defense in Depth alias keamanan berlapis. Satu lapisan gagal, ada lapisan berikutnya. Yang paling penting, semua lapisan ini saling menyambung. Bukan jalan masing-masing, bukan produk berbeda-beda yang tidak terintegrasi, tapi satu ekosistem keamanan digital yang menyeluruh.

Investasi Bukan Beban

Banyak yang menganggap cyber security sebagai biaya tambahan. Saya justru melihatnya sebagai investasi jangka panjang karena satu insiden siber bisa jauh lebih mahal dari biaya pencegahannya.

Lebih baik repot di awal, bangun sistem pengamanan menyeluruh, daripada panik ketika sistem diserang dan data bocor. Apalagi sekarang, serangan siber tidak lagi menyasar perusahaan besar saja. Perusahaan kecil pun bisa jadi target kalau ada celah.

Bagi saya pribadi, keamanan digital bukan sekadar alat tapi mindset. Bukan sekadar produk tapi komitmen menjaga integritas bisnis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun