Zaman sekarang, menjalankan bisnis tanpa pengamanan siber itu ibarat naik motor ngebut tanpa helm. Mungkin aman hari ini, tapi kalau sial, risikonya bisa fatal. Dunia digital sudah semakin kompleks. Sayangnya, para penjahat siber juga ikut naik level. Jadi, pengamanan setengah-setengah bukan lagi pilihan. Harus total, menyeluruh, dan menyentuh semua titik lemah.
Itu sebabnya saya percaya konsep cyber security end-to-end bukan cuma jargon teknologi, tapi sudah jadi kebutuhan primer, setara dengan koneksi internet itu sendiri.
Bukan Sekadar Amankan Jaringan
Selama ini, saya sering lihat banyak bisnis merasa sudah aman hanya karena punya firewall dan antivirus. Padahal, serangan siber nggak cuma datang dari jaringan. Kadang justru masuk dari sisi yang paling 'manusiawi' seperti kebiasaan klik link sembarangan, password yang mudah ditebak, atau perangkat pribadi yang tidak dilindungi.
Cyber security yang benar itu menyeluruh, yaitu dari network layer, endpoint, aplikasi, sampai ke sisi pengguna. Bahkan sistem fisik seperti data center pun perlu dijaga.
Kalau mau analogi sederhana, ini seperti menjaga rumah. Kita nggak cuma pasang pagar tinggi di depan, tapi juga mengunci semua pintu, jendela, pasang CCTV, dan pastikan semua penghuni mengerti SOP keamanan.
Proteksi dari Hulu ke Hilir
Saat ini saya melihat semakin banyak perusahaan yang mulai sadar pentingnya proteksi digital, tapi realitanya, kebanyakan baru sebatas "titik-titik" tertentu saja. Mereka mengamankan cloud, tapi lupa perangkat pengguna. Atau mereka pakai solusi keamanan aplikasi, tapi jaringan mereka masih longgar.
Yang dibutuhkan adalah pendekatan yang terintegrasi, yaitu:
- Deteksi dini terhadap ancaman luar (sebelum benar-benar menyerang),
- Mitigasi serangan jaringan seperti DDoS,
- Pengamanan API yang sekarang jadi tulang punggung sistem digital modern,
- Manajemen akses pengguna berbasis kebijakan perusahaan,
- Monitoring aktivitas mencurigakan lewat AI dan video analytics di area sensitif.
Buat saya, keamanan siber itu harus dibangun dari pondasi. Harus menyatu dengan sistem operasional. Harus adaptif. Sebab, serangan digital itu terus berubah bentuk.
Human Layer adalah Titik Lemah Terbesar
Kalau ditanya titik paling rentan dalam sistem keamanan TI, jawabannya menurut saya selalu sama, yaitu faktor manusia.
Mau sekuat apa pun proteksi digital, kalau penggunanya gampang tertipu atau sembarangan buka file, semua bisa jebol. Makanya saya suka konsep proteksi human layer. Bukan dalam arti menyalahkan pengguna, tapi justru melindungi mereka dengan sistem yang membatasi akses, menyaring ancaman sebelum sampai ke mereka, dan edukasi yang berkelanjutan.