Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Dari Teacher Center ke Student Center

10 Agustus 2023   20:41 Diperbarui: 13 Agustus 2023   08:27 2701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Pembelajaran. (Dok. pexels)

"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu."

(Ki Hajar Dewantara)

Kata-kata di atas mengingatkan kita (guru) bahwa setiap siswa memiliki potensi sesuai dengan kodrat/fitrahnya.

Tugas guru adalah menuntun dan mengembangkan potensi tersebut dengan berbagai kegiatan dalam pembelajaran yang dilakukan.


Kebanyakan guru dalam kaitan pembelajaran selalu ingin memaksakan pemahamanya, sehingga siswa memiliki keseragaman dalam pengetahuan dan menjadi seperti yang guru inginkan.

Analogi mudahnya, ketika seorang guru dihadapkan pada beberapa jenis hewan seperti gajah, ikan, monyet dan burung.

Lalu jika sang guru ingin menguji memanjat pohon, mana yang akan ahli? Pasti monyet.

Lalu jika sang guru ingin menguji untuk berenang, siapa yang akan sangat ahli? Pasti ikan.

Lalu bila sang guru ingin menguji untuk terbang? pasti burung yang paling ahli.

Begitu juga dengan siswa, siswa memiliki bakat dan potensi (fitrah/kodrat) yang berbeda-beda dari satu siswa dengan siswa lainnya.

Oleh karena itu kita sebagai guru harus mampu menggali dan mengenalinya untuk kemudian menuntun siswa mencapai kemampuan terbaiknya.

Tapi mata pelajaran yang diajarkan sama?.

CP atau ATP yang ingin dituju dalam sebuah mata pelajaran juga sama?.

Lalu apa salahnya jika seorang guru menginginkan siswanya memahami sesuatu dengan cara yang sama, toh ujiannya juga terkait materi yang di ajarkan.

Hal itu tidak salah, ketika guru masih beranggapan seperti zaman old dimana guru sebagai seorang maha guru yang memberikan ilmu kepada para siswanya (teacher center).

Tetapi zaman telah berubah, bahkan segala informasi yang ingin siswa cari dapat ditemukannya hanya dengan sekali klik.

Maka penting seorang guru tidak lagi menganut cara-cara guru zaman old tersebut, guru harus menyesuaikan cara mengajarnya dengan cara-cara zaman now seperti saat ini.

Guru harus menjadi seorang fasilitator yang membimbing siswa untuk menemukan cara belajar terbaiknya sehingga mampu meunculkan potensi dan bakat siswa dalam kegiatan pembelajaran (student center).

Sehingga tercipta pembelajaran bermakna yang mampu menginternalisasi kompetesi yang diharapkan dari seorang siswa yaitu koloboratif, kreatif, berfikir kritis dan komunikatif.

Atau dalam kata lain, kurikulum merdeka membutuhkan guru yang kreatif untuk merancang sebuah pembelajaran sehingga siswa mampu belajar secara mandiri dalam pembelajaran yang dilakukannya.

Lalu apa yang harus dilakukan guru untuk berubah dari teacher center ke student center?

1. Merancang Media Pembelajaran Yang Mengakomodir Kebutuhan Siswa

Guru tidak boleh kosongan ketika akan mengajar ke kelas, saya masih ingat ketika guru saya dulu masuk ke kelas hanya dengan membawa kapur atau spidol, buku paket lalu berdiri di depan kelas dan menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan, terakhir sekretaris diminta mencatat materi yang ada di buku ke papan tulis kemudian siswa diminta menyalinnya.

Saya pernah melakukan hal seperti itu dan jawaban siswa sangat mengejutkan, "bisa dak pak difotokopi atau difoto?" atau "ada dak pak materi itu di google?", kendati apa yang dilontarkan itu bisa dikatakan tidak sopan, namun jika melihat zamannya hal itu adalah suatu hal yang sangat lumrah, mengingat kemudahan teknologi yang memang bisa digunakan untuk hal-hal tersebut.

Oleh karena itu guru tidak boleh kosongan, guru harus kreatif untuk merancang suatu media pembelajaran untuk mengkomunikasikan materi yang akan diajarkan kepada siswa sehingga siswa mampu menerimanya sesuai dengan nalar kritis yang dimilikinya.

Dalam mengajarkan mata pelajaran IPS utamanya untuk menarik perhatian siswa saya biasanya menggunakan model TTS yang dibuat dengan menggunakan crossword kemudian saya juga pernah menggunakan wordwall untuk mendisain game pembeljaran IPS sehingga siswa tertarik untuk mempelajari materi tersebut.

Paling sederhana jika ke kelas saya pasti membawa globe atau peta sebagai media siswa untuk belajar materi seperti persebaran kerajaan di Indonesia atau pembagian wilayah benua Asia atau lainnya.

Bahkan saya pernah membuat video pembelajaran tentang materi Benua Asia dan ASEAN agar siswa lebih tertarik dalam mempelajari materi yang diajarkan sesuai dengan kodrat zamannya.

2. Menggunakan Model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Gaya Belajar Siswa

Saya masih ingat ketika pembelajaran Geografi di SMP dulu (waktu itu matapelajaran di SMP belum dirampingkan menjadi rumpun IPS dan IPA seperti saat ini) beliau selalu meminta saya dan siswa lainnya untuk menghafal pengertian, nama-nama negara atau mengerjakan soal-soal LKS untuk memahami materi yang diajarkan.

Jika hal itu kita terpkan saat ini, bisa jadi siswa akan lekas bosan dengan apa yang kita ajarkan, oleh karena itu kita harus menggunakan model/metode pembelajaran dalam menyampaikan materi kepada siswa.

Hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan model Problem Based Learning, Inkuiri Learning atau Discovery Learning.

Saya sering menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS yang saya ampu, semisal siswa diminta mencari tau pemanfatan Sumber Daya Alam pada siswa kelas VII.

Maka awalnya saya melakukan orientasi pembelajaran dengan menunjukan bentuk-bentuk sumber daya alam dengan menggunakan gambar dan video pembelajaran, setelah itu siswa diminta menanggapi materi tersebut dan mendiskusikanya di kelas.

Setelah selesai saya membentuk siswa dalam beberapa kelompok dengan membagikan LKPD terkait pemanfaatan SDA Hutan, Tambang, Laut dan Air, lalu siswa diminta berdiskusi terkait topik tersebut dan mencari jawabannya baik melalui buku diktat atau ke perpustakaan sekolah.

Selanjutnya siswa diminta menulis jawaban yang telah disepakati ke dalam LKPD dan kemudian memperesentasikanya di depan kelas dengan memberikan kesempatan pada kelompok lainnya memberikan pertanyaan atas presentasi tersebut terakhir guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan refleksi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Menggunakan Pola Pembelajaran Berdiferensiasi

Pola pembelajaran berdiferensiasi adalah pola pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya berdasarkan minat, kesiapan belajar dan profil siswa dengan orientasi bukan hanya pada karya yang dihasilkan namun juga pada proses dan konten/materi.

Oleh karena itu, guru dengan menggunakan pola pembelajaran berdiferensiasi harus secara kreatif mampu merancang proses pembelajaran yang mengakomodir potensi dan bakat siswa.

Pada pembelajaran ekonomi kreatif saya pernah mencoba menggunakan pola pembelajaran berdiferensiasi dimana diawal pembelajaran saya menayangkan muatan materi dengan menggunakan unsus audio, visual dan barcord dengan isi bacaan pada materi.

Pad sesi pembentukan kelompok saya meminta siswa merancang produk ekonomi kreatif dengan menggunakan bahan dari kayu, kardus, plastik dan gabus.

Dari hal itu siswa mampu mengaplikasikan ekonomi kreatif dengan berbagai model bentuk dengan mengacu pada pembagian bahan yang didapatkan ada yang membuat kapal, wayang, tirai dari bekas botol plastik dan rumah-rumahan.

4. Memberi Tugas Sesuai Dengan Kodrat Siswa 

Hal ini merujuk pada pemberian tugas yang sifatnya tidak mencatat materi kembali atau mengulang materi namun mengalih wahanakan materi ke dalam bentuk lain seperti video, pamflet atau blog.

Pernah saya meminta siswa membuat video pembelajaran tentang materi kondisi fisik negara-negara di dunia.

Dalam mengerjakan tugas tersebut siswa ada yang menggunakan aplikasi cap cut atau movie maker.

Atau ketika saya minta siswa mebuat pamflet tentang detik-detik kemerdekaan dengan menggunakan canva atau menulis artikel tentang bentuk-bentuk interaksi sosial dengan menggunakan blog.

Siswa sangat antusias dan mengerjakanya dengan penuh semangat, hal itu karena kegiatan itu sesuai dengan kodrat siswa, untamanya kodrat zaman dalam kaitan pemanfaatan teknologi yang sering siswa gunakan.

Ayo jadi guru kreatif di era merdeka belajar, sehingga mampu mengubah pola belajar dari teacher center ke student center. 

Salam Kurikulum Merdeka, Salam Guru Kreatif, Salam Teacher Center ke Student Center, Salam Kemerdekaan Belajar dan Pendidikan. 

Bangka Selatan, 10 Agustus 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun