Mohon tunggu...
Nuli Giarsyani
Nuli Giarsyani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Novel Rantau 1 Muara (trilogi negri 5 menara)

13 Juni 2013   08:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:06 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmad Fuadi atau yang akrab disapa Bang Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau ini telah melahirkan berbagai macam karya, diantaranya adalah trilogi Negri lima menara yang terinspirasi dari kisah nyata penulis. trilogi pertama berjudul Negri 5 Menara yang menceritakan kisah perjalanan seorang anak yang bernama Alif Fikri merantau di salah satu pondok pesantren di sudut kota ponorogo Jawa Timur. trilogi kedua berjudul Ranah 3 Warna yang mengisahkan perjalanan bagaimana Alif membela habis - habisan impiannya walau  digelung nestapa. dan trilogi ketiga berjudul Rantau  1 Warna.

Trilogi terakhir ini menceritakan kisah si Alif dalam pencarian tempat berkarya, pencarian belahan jiwa dan pencarian dimana hidup akan bermuara.

Alif Fikri lulus dari Jurusan Hubungan Internasional UNPAD dengan nilai terbaik. Sejumlah karya membanggakan yang telah berhasil ia raih saat masih duduk dibangku kuliah dan penghargaan sebagai lulusan terbaik membuat ia dengan ge er membayangkan perusahaan - perusahaan akan tergiur untuk merekrutnya dan berebut menawarinya gaji besar.

Alif merasa tidak perlu terburu - buru untuk mencari pekerjaan kerena penghasilan yang diperolehnya sebagai penulis tetap dari berbagai media sudah cukup untuk membiayai keperluan hidupnya dan keluarganya di kampung halaman. Namun akibat krisis ekonomi melanda indonesia, pihak media tidak lagi menerima tulisan dari penulis luar.

Satu per satu surat lamaran telah dikirimnya ke berbagai organisasi internasional, korposari, media massa dan penerbit buku, akan tetapi isi balasannya hampir seragam "tidak diterima". Di saat terdesak, Alif mendapatkan surat yang menyatakan ia lolos sebagai tim redaksi majalah Derap, tempat kerja yang pernah terbesit diimpiannya sejak bersekolah di Pondok madani.

Diawal menanda tangani kontrak kerja, pusat perhatiannya hanyalah pada pasal gaji karena manyangkut hajat hidup orang banyak (dirinya, adik - adiknya dan amak). Bekerja sebagai wartawan menjadikan dirinya kaya akan ilmu dan pengalaman walau gaji yang diperoleh pas pasan. ditempat yang sama muncul sesosok wanita bermata indah, Dinara. walau hanya satu detik beradu mata tapi sudah mampu membuat jantung Alif berdetak cepat. setelah beberapa bulan berteman, mereka berdua mempunyai banyak kecocokan sehingga Alif merasa telah menemukan calon pendamping hidupnya.

Mendengar saran dari Bang Togar, Alif bertekat bulat akan bicara serius dengan Dinara namun semua pembicaraan tidak berujung dan tidak berpangkal karena sikap dingin dinara tiba - tiba muncul tanpa sebab yang diketahui Alif.

Disaat ketidakjelasan hubungan mereka, Alif berhasil mendapatkan impiannya yaitu melanjutkan kuliah di amerika. cita - cita saat duduk di bawah menara pondok madani yang dulunya mimpi sekarang berubah menjadi kenyataan.

Disana Alif mendapatkan teman - teman dan keluarga baru. walau baru beberapa saat kenal, bersua dengan orang sebangsa selalu membawa sensasi ke akraban.

Masukan - masukan Ustadz Fariz yang bertugas sebagai pemimpin masyarakat muslim di area DC membuat niat Alif untuk melamar Dinara begitu mantap. setelah menikah di indonesia, Alif memutuskan membawa Dinara ke amerika untuk segera mengarungi hidup dan memulai petualang bersama istrinya. kegembiraan Alif semakin lengkap saat dirinya menjadi rekan kerja Dinara di American Brodcating Network yang berpusat di DC , baginya Dinara tidak hanya menjadi teman hidup tetapi juga rekan kerja yang selalu membuat hari - harinya indah.

Rasa Kehilangan datang menyelimuti si Alif ketika mengetahui keluarga terdekatnya Garuda telah tiada setelah tragedi 11 September 2001 di manhattan. mendengar nasehat dari ustadz Fariz, Alif teringat dengan mantra yang pernah diajarkan saat belajar dipesantren. Man saara ala darbi washala (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan), ia kembali sadar bahwa hidup pada hakikatnya adalah perantauan. suatu saat akan kembali pulang ke asal, ke yang satu, ke yang awal. muara segala muara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun