Tuberkulosis menjadi penyakit yang sampai saat ini masih merajai persentase penularan tertinggi di Indonesia, disusul dengan tingkat kematian yang terus bertambah setiap tahunnya. Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ini memiliki gejala yang khas, misalnya gejala batuk lebih dari 2 minggu, demam tidak terlalu tinggi, berkeringat di malam hari tanpa sebab yang jelas, nyeri dada atau sesak napas, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, mudah lelah dan lemas, serta ada pembengkakan cairan getah bening.
Sejalan dengan kasus tuberkulosis yang tak kunjung selesai di Indonesia, dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PDIB -- FKUI) Dan Himpunan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik (HIMA -- PDIB) beberapa waktu lalu di Musala As-Salam, RW I Kelurahan Bojong Pondok Terong, Cipayung, Depok, Jawa Barat memiliki tema Kampung Tanggap TB: Pahami, Cegah dan Tangani Tuberkulosis. Dalam kesempatan ini ada dokter ahli di bidang Mikrobiologi Klinik yaitu dr. Ardiana Kusumaningrum, SpMK(K) yang membagikan mengenai apa itu penyakit tuberkulosis? bagaimana tanda dan gejala orang yang menderita tuberkulosis? serta yang paling penting adalah bagaimana mencegah dan mengobati penyakit ini.
Karena penyakit ini sangat mudah menular melalui droplet di udara, dr. Ardiana membagikan tips untuk batuk dan bersin, misalnya dengan menutup mulut dengan tissue atau saputangan, kita juga bisa menggunakan lengan tangan bagian dalam untuk menutup saat batuk atau bersin, membuang sampah bekas tissue ke tempat sampah (sebaiknya bisa dibungkus dengan plastik), dan jaga higienitas tangan (cuci tangan setelah batuk atau bersin). Bagi para penderita sangat disarankan untuk patuh terhadap etika batuk dan bersin serta menggunakan masker kalau bepergian, dan tentunya jangan lupa untuk patuh minum obat pada waktu yang sama dan sebaiknya diminum pada pagi hari sebelum makan (30-60 menit) agar penyerapannya lebih baik.
Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang rentan terkena atau tertular tuberkulosis jika:
1. berusia 0-5 tahun atau diatas 65 tahun
2. kondisi gizi buruk
3. menderita HIV atau diabetes
4. merokok
5. pengguna alkohol
Hal ini juga bisa meningkatkan resiko penularan, jika seseorang tinggal serumah atau bekerja bersama dengan pasien TB aktif dan berada di ruangan tanpa ventilasi yang lama, yang ditambah lagi tidak menggunakan masker, serta menggunakan bersama peralatan makan atau handuk dengan pasien aktif TB.
Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk mencegahnya yaitu dengan melakukan vaksinasi BCG untuk anak-anak, pastikan jendela dan ventilasi terbuka (jika harus seruangan dengan pasien TB aktif), hindari kontak dekat dengan pasien aktif TB sebelum mereka menjalani pengobatan selama 2 minggu.Â
Secara keseluruhan kegiatan ini berjalan dengan lancar dan mendapatkan respon yang positif dari warga, bahkan beberapa warga aktif bertanya dan juga bisa menjawab pertanyaan kuis yang diberikan oleh panitia, selain masyarakat dikenalkan dengan TB, ada juga ATM Sehat untuk pemeriksaan kesehatan dasar meliputi tekanan darah, berat dan tinggi badan, gula darah, kolesterol, asam urat, Hb yang mana nantinya dapat dicek melalui aplikasi berbasis AI dan IOT untuk mendeteksi dini potensi stroke. ATM Sehat ini materinya dibawakan oleh Ns. Sigit M. Nuzul, S.Kep, M.Biomed, pada sesi ini masyarakat jadi terpapar mengenai pentingnya menjaga tekanan darah yang stabil (mencegah hipertensi) agar tidak berkembang menjadi stroke.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI