Mohon tunggu...
Nugroho Kuncoro Yudho
Nugroho Kuncoro Yudho Mohon Tunggu... Master Trainer, Praktisi Kesehatan dan Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan

Praktisi Kesehatan, Instruktur Master, Penulis, Pelatih Pembina Pramuka

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Komunikasi dan Kesehatan: Jembatan antara Pengetahuan dan Keselamatan

22 Juli 2025   06:00 Diperbarui: 22 Juli 2025   06:00 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jembatan komunikasi dan kesehatan: menghantarkan masyarakat untuk hidup sehat (Sumber: Gemini/AI)

"Kesehatan tanpa komunikasi adalah seperti obat tanpa petunjuk -- ada manfaat, tapi tak pasti sampai ke yang membutuhkan."

Relevansi antara komunikasi dan kesehatan sangatlah erat dan fundamental. Komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan informasi, pemahaman, dan tindakan dalam segala aspek kesehatan, baik di tingkat individu maupun masyarakat. Dalam dunia kesehatan, komunikasi bukan sekadar pelengkap. Ia adalah denyut nadi yang mengalirkan informasi, harapan, dan tindakan, dari ruang praktik dokter hingga kampanye nasional, dari media sosial hingga ruang keluarga.

Relevansi Komunikasi di Bidang Kesehatan

Beberapa poin utama yang menunjukkan relevansi mendalam antara komunikasi dan kesehatan adalah sebagai berikut:

Komunikasi efektif sangat penting untuk menyampaikan informasi kesehatan yang akurat dan mudah dipahami kepada publikseperti cara pencegahan penyakit, pentingnya gaya hidup sehat, atau bahaya perilaku berisiko. Melalui kampanye menggunakan komunikasi kesehatan yang persuasif, masyarakat dapat didorong untuk mengadopsi perilaku yang lebih sehat, misalnya berhenti merokok, berolahraga teratur, imunisasi dan lain-lain.

Bagaimana seseorang tahu bahwa cuci tangan bisa menyelamatkan nyawa? Bagaimana masyarakat memahami pentingnya imunisasi, makan sehat, atau berhenti merokok?

Jawabannya satu: komunikasi yang tepat dan menyentuh.

Komunikasi kesehatan yang baik mengubah data menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi keputusan sehat. Tanpa komunikasi, pengetahuan medis dan hidup sehat hanya akan tinggal di buku teks dan laboratorium.

  • Dialog yang Menyembuhkan: Relasi Dokter dan Pasien (Provider-Patient Relationship):

Hubungan antara pasien dan tenaga medis lebih dari sekadar resep. Ia adalah ikatan empati, tempat rasa takut, harapan, dan kepercayaan bertemu. Komunikasi yang jelas antara dokter dan pasien memungkinkan dokter memahami gejala, riwayat kesehatan, dan kekhawatiran pasien dengan lebih baik, sehingga mengarah pada diagnosis yang lebih tepat dan akurat, sehingga pengobatan lebih efektif. Nada suara yang menenangkan bisa mengurangi kecemasan pasien. Ucapan penuh empati bisa menjadi "obat" yang tak tertulis. Pasien yang memahami kondisi mereka dan rencana pengobatan cenderung lebih patuh terhadap instruksi medis, yang berdampak positif pada hasil kesehatan.

"Pasien yang merasa didengar akan lebih mudah untuk percaya dan mengikuti pengobatan."

Komunikasi yang empatik dan transparan membangun kepercayaan pasien terhadap penyedia layanan kesehatan, meningkatkan kepuasan, dan mengurangi potensi salah paham atau keluhan.

  • Krisis dan Komunikasi: Siapa Bicara, Bagaimana, dan Kapan

Dalam situasi krisis kesehatan, seperti pandemi atau wabah penyakit dan bencana alam, komunikasi efektif dari otoritas kesehatan sangat krusial untuk memberikan panduan, mengurangi kepanikan, dan mengkoordinasikan respons, sehingga bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa daripada logistik yang sempurna. Komunikasi yang konsisten dan jujur membantu membangun dan mempertahankan kepercayaan publik terhadap informasi dan tindakan pemerintah atau lembaga kesehatan. Informasi harus cepat, akurat, dan dipercaya. Di sinilah peran besar komunikasi strategis dalam membangun ketenangan dan kepercayaan publik.

  • Dari Kebijakan ke Aksi: Peran Komunikasi dalam Regulasi Kesehatan

Kebijakan hebat tak akan berarti jika tak diketahui dan dipahami masyarakat. Di sinilah komunikasi menjadi jembatan antara niat baik pembuat kebijakan dan perilaku nyata di lapangan. Komunikasi yang terbuka digunakan untuk mengadvokasi kebijakan kesehatan yang lebih baik kepada pembuat keputusan dan partisipasi publik. Setelah kebijakan dibuat, komunikasi diperlukan untuk mensosialisasikan dan menjelaskan kebijakan tersebut kepada masyarakat agar dipahami dan ditaati.

  • Kesehatan Mental dan Dukungan Sosial

Terkadang, satu kalimat: "Kamu tidak sendiri", bisa menyelamatkan seseorang dari keputusasaan. Komunikasi yang manusiawi dapat menghapus stigma seputar masalah kesehatan mental, mendorong orang untuk mencari bantuan, membuka ruang curhat, dan menciptakan lingkungan sosial yang lebih mendukung dan esensial bagi kesehatan jiwa.

Komunikasi interpersonal dan kelompok sangat penting dalam membangun dan memelihara jaringan dukungan sosial yang berkontribusi pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.

  • Literasi Kesehatan: Bukan Sekadar Bisa Baca, Tapi Bisa Memahami

Komunikasi bertujuan untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat, yaitu kemampuan individu untuk mencari, memahami, dan menggunakan informasi kesehatan untuk membuat keputusan yang tepat. Masyarakat sehat dimulai dari masyarakat yang melek informasi kesehatan. Orang yang tahu kapan harus ke dokter, bagaimana membaca label obat, atau membedakan fakta dan hoaks, itu merupakan buah dari komunikasi yang memberdayakan.

Penutup:

Komunikasi bukan hanya alat untuk memberdayakan individu, membangun kepercayaan, mengelola informasi, dan membentuk perilaku yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan, tapi roh dari pelayanan kesehatan yang efektif. Komunikasi menyatukan ilmu dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia adalah seni menyampaikan harapan dalam bentuk kata-kata, gambar, atau gerak.

"Kesehatan akan menjangkau lebih banyak orang jika informasi bisa menyentuh hati, bukan hanya pikiran."

Singkatnya, tanpa komunikasi yang efektif, upaya dalam bidang kesehatan akan sulit mencapai tujuannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun