Bagi generasi 90-an Iwan Fals adalah ikonik sebagai penyanyi yang sarat dengan kritik sosial. Sekaligus kreatif dan begitu tahu Iwan adalah karateka, lengkap sudah kekaguman penggemarnya.
Namun konon kreativitasnya itu hanya bisa diletupkan di era Orde Baru. Penuh tekanan, musiknya menggelora mengritik sana sini dan membuat musik barok bersama Sawong Jabo dan Setiawan Jodi : Bongkar....Pak Tua...
Bahkan AYu Lestari dan kawan-kawan (2019) melakukan riset tentang syair Iwan Fals, dengan dorongan agar guru dan siswa dalam rangka peningkatan dan pencapaian peningkatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
Riset juga ditujukan bagi masyarakat umum, diharapkan muncul suatu wawasan baru dari masyarakat bahwa sebuah karya sastra dalam bentuk lagu dapat menciptakan bahwa banyak hal yang terjadi tidak berjalan dengan semestinya seperti kejahatan, penyelewengan, dan kemiskinan yang seharusnya mendapat perhatian dan pemikiran semua lapisan masyarakat agar keadaan jauh lebih baik
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif menarik karena hasilnya mencerminkan nilai masyarakat terhadap kemapanan, atau ketidakmapanan sosial ekonomi budaya.
Jenis penelitian yaitu penelitian perpustakaan (library research).Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis dan berfokus pada empat lirik lagu Iwan fals yang mengandung kritik sosial yang berjudul Tikus-tikus Kantor, Sarjana Muda, Surat Buat Wakil Rakyat, dan Ambulance Zig-zag.S
Saya sendiri melihat bahwa hampir sekarang cita-cita Iwan Fals lewat lagunya sudah terkabul.
(1) Wahai penguasa, berilah hamba uang.
Ini sudah terkabul, ada Bantuan Langsung Tunai yang adalah pemberian uang cash on hand bagi rakyat.
Bahkan pilkada pilwakilrakyat yang penuh money politics, diduga karena doa Iwan Fals yang dinyanyikan :Berilah hamba uang...