Ketika artis mencapai popularitas, maka melayang layang konsep dirinya di atas awan. Bertaburan dengan fasilitas, menambah percaya diri sekaligus unjuk diri.
Namun, roda berputar. Kejayaan sirna, keuangan musnah. Lantas, apa yang dirasakan? Depresi.
Menghadapi ini, bisa potensi depresi; skripsi gak segera selesei, perjodohan tidak segera berjumpa, target keuangan meleset, penghargaan tidak ada, penghinaan bertaburan penistaan dan penghilangan peran sosial, hutang tidak terlunasi, tidak mampu lagi bersuara atau beropini, karena yakin, meski ini bisa keliru, bahwa orang lain dan diri sendiri, benar-benar buntu solusi.
Selalu ingin menangis. Atau bahkan ingin tidur. Atau justru tidak bisa tidur.
Apakah puasa menjadi salah satu solusi?
Puasa, jika dikerjakan dengan hati, adalah pengharapan besar terhadap karunia Allah. Puasa, menunggu waktu berbuka yang menggembirakan.
Puasa, menjadi hati tenang karena memiliki pengharapan; waktu berbuka, dan berharap pahala yang telah ditetapkan.
Puasa, adalah keyakinan gaib bahwa ibadah rahasia ini, ada yang Maha Mengetahui, semata karena takwa kepada Nya.
Puasa, yang sebenar-benar puasa, adalah keadaan pasrah diri untuk menghadapi kuasa Nya.
Bagi penderita depresi, menjalani puasa adalah sebuah kesadaran diri, hidup bukan sekedar bersenang-senang. DI balik penderitaan. kelaparan, waktu yang terasa lama menunggu waktu berbuka, pasti...... akan bertemu waktu berbuka.
............