Saya, dan mungkin juga banyak orang, baru kali ini melihat Pak Jokowi  demikian marah dan keras kata-katanya. Setelah saya pikir-pikir, sebenarnya kemarahan itu wajar. Dilihat dari ekspresi wajahnya, akhir-akhir ini,Pak Jokowi tampak lelah dan dalam tekanan.Â
Kita maklum hal itu terjadi karena rasa tanggungjawab yang besar dari beliau sebagai pimpinan tertinggi Indonesia yang saat ini menghadapi pandemi besar yang belum ada obat dan juga imunisasinya. Rasa tertekan itulah yang kemudian meledak. Di samping juga faktor lambannya kerja para pembantunya.
Tetapi setelah berpikir, saya juga memaklumi mengapa kerja para menteri dan pembantunya lamban. Para menteri dan pembantunya itu lamban karena harus menyesuaikan diri dengan cara kerja baru. Segala hal harus dikerjakan secara online atau dalam jaringan (daring). Ini bisa membawa masalah dan kejenuhan sendiri. Tidak semua hal bisa dikerjakan secara daring.
Pengalaman saya pribadi juga demikian. Sekarang saya harus mengajar secara daring. Ternyata mengajar secara daring lebih melelahkan dan membosankan. Kalau mengajar di kelas, bisa jalan-jalan dan melakukan berbagai variasi untuk menghilangkan kebosanan dan rasa kantuk, tapi mengajar secara daring harus duduk terus menghadap laptop atau Komputer.Â
Demikian juga ketika membimbing karya tulis juga sangat sulit dan berbeda kalau ketemu langsung. Mahasiswa ketika sudah disuruh revisi, nanti kembali dengan tulisan yang masih sama. Dibutuhkan kesabaran yang lebih di satu sisi yang lain, mungkin juga seperti Pak Jokowi menghadapi tekanan dan stress yang besar karena kebosanan dan mungkin juga frustasi tidak tahu kapan situasi ini akan berakhir.
Jadi Pak Jokowi, maklumlah kalau para menteri agak lamban. Jangan terlalu marah.