Membahas keilmuan psikologi, salah satu paradigma yang menjadi dasar pemberdayaan masyarakat atau suatu kelompok adalah behaviorisme yang dalam psikologi berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku.Â
Sehingga melalui proses pemberdayaan kelompok inilah, kita sebagai wadah sistem penetralan pada suatu pimpinan kelompok dapat melakukan usaha untuk kesolidaritasan anggota dengan cara menilik teori nya ;Suharto (1997; 218-219), yakni bagaimana sistem organisasi menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan potensi dan kepercayaan diri anggota untuk dapat berkembang dan mandiri secara optimal atas pembebasan perbedaan yang menghambat.Â
Kemudian sebagai sistem, kita harus melindungi anggota lemah dari yang merasa kuat terutama pada kasus ini; relasi senioritasnya senior dengan junior untuk menghindari terjadinya persaingan dan eksploitasi yang tidak seimbang bahkan tidak sehat. Dan pula memberikan bimbingan dan dukungan agar masing-masing anggota mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya serta memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara anggota dalam suatu kelompok/organisasi.Â
Sebab menurut teori konflik dalam pembahasan stratifikasi sosial, masing-masing anggota tentu memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi artinya perorangan yang mempunyai efek pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi konflik interpersonal.
Sehingga penulis simpulkan bahwa tulisan yang bertumpu pada hasil analisis wawancara klien-korban senioritas-ini serta beberapa sedikit teori-bahwa semua tindak-tanduk pelaku senioritas bagi korban adalah kasus yang tidak selamanya berdampak trauma dan merugikan diri korban maupun kelompok.
 Sehingga disamping syarat keberadaan senioritas yang bersifat membangun ;baik ketegasan dan keloyalitasan, dengan adanya kemampuan anggota junior sebagai generasi emas suatu kelompok juga harus mampu memilah milih mana yang sebaiknya ia ambil dari sikap senior nya-yang kemudian disinilah salah satu kunci awal dari letaknya pintu akses penyelesaian kasus dampak buruknya senioritas ;yakni mulai dari terus mengamati tanpa mengintimidasi semua anggota-tanpa terkecuali-, memahami permasalahan, memperbaiki apapun yang terancam, mempertahankan keutuhan dan kemudian kembangkanlah wadah pelayanan yang baik agar suatu kelompok mempunyai pasak untuk terus berdiri, mampu memberi kebermanfaatan untuk mencapai kesamaan visi yang ada didalamnya, yang tentunya jika berbicara bagaimana caranya ialah ada pada studi kasus tulisan ini ;suatu sistem atau pimpinan kelompok akan dianggap berhasil jika permasalahan keanggotaan mampu didobrak permasalahannya secara sehat dari apapun yang mengancam keutuhan identitas kelompok yang dengan beberapa cara pemberdayaan yang telah dipaparkan sebelumnya, akan menjadi kemungkinan besar untuk suatu kelompok yang justru dengan segala perbedaan, solidaritas yang sehat akan tetap mampu diberdayakan, diutamakan dan dipertahankan bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H