Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kearifan Enthit Dongeng Tradisional-Futuristik, Perspektif Kecukupan Pangan

23 Maret 2020   11:56 Diperbarui: 23 Maret 2020   15:02 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Pict: Thinkstock via KOMPAS.com

Bagi penyuka dongeng, cerita rakyat Enthit sangat disukai. Telaah lebih dalam dengan dasar 'teori kepo', Enthit bukan hanya dongeng tradisional namun merasuk futuristik. Bahkan mengulik sisi kecukupan pangan. Menginspirasi peneliti hingga pimpinan negeri.

Loh koq bisa? Sabar. Mari simak telaah berikut ini.

Enthit Dongeng Tradisional

Enthit merupakan varian dongeng Panji yang terkenal dari Jawa Timur. Berkisah tentang pencarian hingga bertemunya Raden Panji Asmara Bangun dari kerajaan Jenggala dengan Dyah Ayu Dewi Galuh Candrakirana.

Tersebab oleh keadaan keduanya terberaikan dan suara hati masing-masing mendorongnya untuk saling mencari. Sang penganggit cerita tutur menetapkan lakon, dipertemukan dalam posisi saling tersamar. Dibutuhkan kearifan untuk saling mengenali.

Syahdan, Raden Panji Asmara Bangun salin rupa menjadi seorang petani. Penampilan fisik tak diperhitungkan. Memiliki keahlian bertanam sehingga tampilan sawah ladangnya memikat siapapun.

Sedangkan Dewi Galuh Candrakirana, tetap dicasting sebagai perempuan menawan bernama Ragil Kuning. Wanita muda, cantik, memiliki kecerdasan sosial tinggi. Memadukan keramahan dan kewaspadaan.

Sesi pertemuan di lahan pertanian disajikan dengan berbalas pantun dilagukan. Menggunakan media pertanaman. Berikut cuplikannya. [mohon maaf saya terjemahkan secara bebas, meski sedikit mengurangi keindahan percakapan]

"Enthit.....siapakah yang menanam padi nan subur ini?"

"Weladalah bidadari cantik. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku, ambillah."

"Tidak, Enthit. Aku hanya bertanya saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun