Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seni Ketoprak dan Kemasan Tuntunan dalam Tontonan

14 Mei 2019   23:10 Diperbarui: 15 Mei 2019   22:19 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni ketoprak dan kemasan tuntunan dalam tontonan (dok pri)

Tuntunan, seindah apapun isinya perlu kemasan dalam penyampaiannya. Tontonan bertujuan menghibur hati para penonton. Kemasan tontonan juga ikut 'menuntun' mewarnai perilaku penonton. Seni ketoprak (kethoprak, bahasa Jawa) merupakan salah satu seni pertunjukan yang bisa diolah disesuaikan dengan situasi.

Tontonan merupakan komoditas yang tak pernah sepi dari pembeli. Tuntunan merupakan hal berharga dalam pembentukan karakter masyarakat. Apa jadinya suatu tontonan tanpa tuntunan? Apalagi malah menyuguhkan 'tuntunan semu' dengan arah yang kurang semestinya. Mari menyoal seni ketoprak dari aspek kemasan tuntunan dalam tontonan.

Ketoprak sebagai tontonan

Menonton ketoprak berarti menikmati suguhan seni secara terpadu. Pementasan sandiwara panggung yang melibatkan seni peran, seni tari, seni suara serta karawitan. Semua pemain berlakon langsung di panggung tanpa ada rekaman maupun pengisian suara.

Tak ayal ketoprak menjadi tontonan yang memikat. Kemegahan panggung, dekor kelir yang dikerek bergantian sesuai suasana adegan, gemerlapnya busana pemain terlihat sejak awal. Kegesitan gerak prajurit, tarian gemulai pada saat karonsih, intonasi dan dinamisasi suara pemain, membuat penonton enggan beranjak hingga pertunjukan selesai. Muncul sebutan bintang panggung, selebritis ketoprak.

Sungguh, pada masanya ketoprak menjadi tontonan yang dinanti. Suasana sekilas mirip dengan pagelaran wayang orang. Namun, ketoprak terasa lebih 'cair'. Lakon yang digarap tidak menggunakan pakem wiracarita Mahabarata maupun Ramayana.

Mendasarkan pada lakon sejarah, cerita rakyat hingga anggitan gagrak anyar yang bersifat kontemporer. Ketoprak menjadi tontonan rakyat, memiliki kedekatan dengan penonton. Menjadi cerminan suasana hidup kemasyarakatan.

Ketoprak juga memiliki sifat mobile, gedung pertunjukan seolah portable dan pementasan tak menetap pada suatu tempat. Rombongan ketoprak dengan segala propertinya bergerak antar tempat. Manggung beberapa hari dan pindah ke tempat lain. Kawasan bermukim sementara layaknya tobong menjadi tontonan tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Setiap pertunjukan memiliki zaman keemasannya sendiri. Kini tak semua orang mau menikmati ketoprak. Bahkan pada pertunjukan gratispun, panitia memerlukan usaha promosi publikasi untuk menghadirkan penonton.

Lalu, bagaimana ketoprak sebagai tontonan tradisional tetap mampu eksis di era digital? Tentunya dengan salin rupa seperlunya tanpa kehilangan esensinya. Saya pernah menyajikannya dalam artikel efektivitas ketoprak sebagai media komunikasi tradisional di era digital.

Ketoprak sebagai wadah tuntunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun