Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sehelai Daun Gandrik dari Cagar Budaya Ki Ageng Selo, Grobogan

12 Oktober 2018   23:20 Diperbarui: 14 Oktober 2018   06:26 3111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon gandrik pengikat petir (dok pri)

Dari sejumlah telaah, Ki Ageng Selo merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya ke V. Silsilah di dinding pendapa menunjukkan garis keturunan Ki Ageng Selo yang menjadi awal dari Kerajaan Pajang dan Mataram. Pun kaitan antara kerajaan Demak Bintaro.

Secara geografis akan menarik untuk ditarik garis penghubung antara kejayaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan kerajaan Demak, Jawa Tengah Utara. Mengalir ke Pajang Surakarta hingga Mataram, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara religi, terjadi peralihan dari warna Hindu menjadi Islam.

Sejarah, ilmu pengetahuan dan agama berpadu di cagar budaya Ki Ageng Selo (dok pri)
Sejarah, ilmu pengetahuan dan agama berpadu di cagar budaya Ki Ageng Selo (dok pri)
Sebagai kawasan cagar budaya Ki Ageng Selo, daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Keberadaannya perlu dilestarikan melalui penetapan, karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan.

Dengan amatan jernih, keterkaitan antara sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama maupun budaya terangkum di pendapa ini. Sayang sekali kalau pengunjung melewatkannya.

Ki Ageng Selo Penjinak Petir

Salah satu kisah yang melekat dalam ingatan dari masa kanak-kanak melalui dongeng Bapak adalah Ki Ageng Selo sang penjinak petir. Ki Ageng Selo hidup dengan cara bertani dan sangat mencintai para dulur tani kerabatnya. Banyak petani mengeluh karena gangguan petir. Sawah yang semula sumber berkah, menjadi sawah udreg, penuh intrik karena adanya gangguan.

Ki Ageng Selo, mendengarkan keluhan rakyatnya, mendatangi sumber masalahnya yaitu petir yang kala itu menyaru rupa menjadi seorang kakek tua. Mata batin sang pemimpin melihat dengan awas agar terlepas dari jerat hoaks. Sstt ..... ditangkapnya sang petir dan diikatkannya pada pohon gandrik agar tidak mengganggu petani.

Lah koq sekarang masih ada petir? Konon sang petir dapat dijinakkan asal dikerangkeng dengan kondisi tanpa minum. Saat penjaga lengah tetiba seorang nenek mendekati kerangkeng dan memberi minum kakek tawanan. Pantangan dilanggar, lepaslah petir hingga kini.

Setiap sejarah dibarengi dengan kisah hikayat. Pastinya terkandung pembelajaran kearifan lokal didalamnya. Asalkan kita mau mengupasnya.

Makam Ki Ageng Selo

Mari lanjut ke bagian yang lebih dalam, melalui lanjutan selasar. Bagian terdalam adalah bangunan makam Ki Ageng Selo. Begitu banyak peziarah yang berada di kompleks ini sehingga mari bersama menjaga ketenangan untuk menghormati pengunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun