Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menelisik Budaya Melalui Dongeng di Bawah Pohon Kecik

16 Agustus 2018   18:00 Diperbarui: 17 Agustus 2018   10:44 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyerap Nilai Budaya Bangsa (dok pri)

"Ndhuk Mileniawati, kenapa koq wajahmu cemberut, sedang galau ya?"

"Ah Simbok Limbuk. Lagi suntuk saja, Mbok. Setiap hari menyapu halaman berpasir di bawah pohon kecik. Hiburannya menatap Panggung Sangga Buwana yang membisu dan Songsong Gula Kelapa yang kian memudar"

"Eits, sebagai abdi dalem keraton Surakarta Hadiningrat, kita beruntung loh setiap hari belajar dari pasir berbisik di bawah pohon kecik, Panggung Sangga Buwana dan Songsong Gula Kelapa. Mau mendengar dongeng yang simbok dapat dari Simbah Buyut?"

Pasir berbisik di bawah pohon kecik

Menapaki halaman keraton, setiap pengunjung akan disambut oleh hamparan pasir gemersik di keteduhan jajaran pohon sawo kecik. Secara etnobotani, tanaman sawo kecik menempati arti khusus bagi keraton baik Surakarta maupun Ngayogyakarta.

pohon kecik dan pasir gemersik (dok pri)
pohon kecik dan pasir gemersik (dok pri)
Terdengar merdu dengan adanya kesamaan bunyi antara sawo kecik dengan 'sarwa becik' atau serba baik. Serba baik, motivasi dan cara pandang yang menguarkan energi positif. Ketulusan hati nurani yang mendasari setiap langkah perbuatan.

Hamparan pasir di halaman keraton yang berasal dari pantai Parangkusuma laut Selatan. Representasi keterkaitan antara pangarsaning nagari (penguasa wilayah) dengan laut Selatan. Terdengar mistis, namun mengandung pengakuan bahwa kejayaan suatu negeri bergantung pada pengelolaan sumberdaya alam, dalam hal ini kejayaan bahari.

Pasir memiliki sifat dasar lepas tidak mampu mengikat. Bagi ahli bangunan, pasir memiliki plastisitas serta kemampuan memegang air yang rendah. Harus dipadu dengan material lain untuk mengokohkan struktur bangunan.

Pasir dapat dimaknai dengan sifat tidak melik atau menginginkan yang bukan haknya. Pasir harus bersinergi dengan material lain untuk menyusun kekuatan.

Sawo kecik di hamparan pasir, bisa jadi memuat sintesis, memiliki motivasi yang baik dan tidak melik. Bagi para abdi dalem hingga penguasa filosofi sawo kecik di hamparan pasir dapat dimaknai sebagai energi positif atau malah menjadi beban.

Panggung Sangga Buwana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun