Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Memperdalam Bahasa Jawa Melalui Kamus Bausastra

4 Juni 2018   10:46 Diperbarui: 4 Juni 2018   19:39 2718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bausastra, Kamus Bahasa Jawa (dok pri)

Kegiatan menulis berpangkal dari kesukaan membaca. Saat menemukan kosakata dalam bacaan yang belum dimengerti artinya, tentunya kita membutuhkan panduan. 

Begitupun saat menulis, kebingungan memilih ejaan yang pas untuk suatu kata, kembali kita memerlukan tuntunan. Salah satu tuntunan kita adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang sudah ada versi daring.

Bagaimana untuk keperluan belajar bahasa daerah? Kembali peran dari kamus bahasa daerah sangat membantu. Bersyukur kini cukup banyak kamus bahasa daerah, beberapa diantaranya dapat diunduh dalam versi pdf.

Bausastra, kamus bahasa Jawa

Bagi pembelajar bahasa daerah Jawa, keberadaan Bausastra atau kamus bahasa Jawa pastilah sangat dibutuhkan. Semisal untuk menggambarkan kata api, dalam bahasa Jawa dikenal kata geni, latu dalam bahasa keseharian. Sedangkan dalam bahasa sastra sering digunakan kata agni.

Salah satu buku Bausastra Jawa yang sangat terkenal adalah anggitan atau karya Bapa J Poerwadarminta, 1939. Saya pribadi belum memiliki buku ini, agak sulit mencari di toko buku. Pernah melihatnya di gerai jasa fotocopy, ingin ikut mengcopynya mengingat buku tersebut langka, hanya sayang hurufnya terlalu lembut bagi mata usia menua.

Kamus lengkap Bahasa Jawa; Jawa-Jawa, Jawa-Indonesia dan Indonesia-Jawa karya S. A. Mangunsuwito, 2010 dapat digunakan sebagai acuan. Begitupun, Bausastra rakitan Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta hasil cetakan Penerbit Kanisius, sangat membantu sebagai sarana tuntunan menulis berbahasa Jawa lebih lancar.

Semisal untuk kosakata cokelat menurut KBBI, dalam keseharian sering dijumpai kata coklat. Cokelat1/co-ke-lat/ n 1. pohon yang termasuk jenis tanaman daerah panas, tingginya antara 5---6 m, berbunga dan berbuah sepanjang tahun, buahnya berwarna ungu atau kuning bergantungan pada batang yang besar, bentuknya lonjong, panjangnya antara 15---20 cm, mengandung biji seperti kacang-kacangan antara 50---100 biji, biasa diolah menjadi bubuk atau kristal, dibuat minuman atau makanan lezat lainnya; Theobroma cacao; 2. bubuk tepung dari biji cokelat; 3. gula-gula yang dibuat dari bubuk cokelat

Mengikuti analogi tersebut, jadi teringat bahwa Ibu sering menggunakan kata wedang soklat. Jadi galau nih, mana yang lebih tepat, soklat atau sokelat senada dengan cokelat dalam Bahasa Indonesia.

Sungguh beruntung dapat mengacu Bausastra. Menurut Mangunsuwito (2010) maupun Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta (2000), kosakata yang tepat adalah soklat. Tidak selalu selaras dengan analogi bahasa Indonesia.

["Beja sanget saged (sanes saget) ningali ing bausastra, antuk katrangan miturut Mangunsuwito (2010) punapadene Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta 2000: 'soklat arane tanduran wohe ana isine, adate didadekake bubuk kanggo gawe roti lsp., Theobroma cacao,  soklat uga dianggo nggambarake warna abang semu ireng' "]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun