Menyoal adegan ini, saya jadi teringat Locke yang dibintangi oleh Tom Hardy, atau Buried yang dibintangi Ryan Reynolds. Hardy dan Reynolds berhasil memunculkan keputusasaan, kebingungan dan situasi yang mencekam hanya dengan bercakap-cakap dengan suara orang lain via sambungan telepon. Di Flight Risk, Dockery gagal melakukannya.
Sedangkan Winston diperankan oleh Topher Grace. Keluguan dan kepolosan yang dimunculkan Grace cukup bisa menyelamatkan eksistensi Winston di film ini. Winston tidak hanya menjadi tokoh yang penting karena kesaksiannya diperlukan. Lebih dari itu, Winston terlihat culun dan rapuh, sehingga selain menyelamatkannya, Madolyn juga harus menenangkannya. Â
Sang pilot, Daryl, diperankan oleh Mark Wahlberg. Saya tidak tahu karakter seperti apa yang dimainkan Wahlberg di film ini, pervert atau psikopat? Di beberapa adegan (dan dialog) Daryl terlihat seperti seorang pervert. Tapi di adegan lain Daryl meluncurkan psywar dari mulutnya sehingga membuatnya nampak sebagai seorang psikopat. Kerancuan ini membuat Daryl hanya terlihat sebagai orang jahat, dan bukan sebagai orang yang punya tujuan jahat. Penokohan yang acak-acakan.
Ditambah lagi, Flight Risk kehilangan detail di plot ceritanya. Penulis skenario film ini, Jared Rosenberg, melewatkan satu hal penting yang menurut saya harus ada di Flight Risk.Â
Saya tahu Daryl punya gelagat yang tidak baik. Daryl bisa saja menabrakkan pesawat ke gunung es setelah sebelumnya ia melompat keluar. Daryl juga bisa mengaktifkan auto-pilot lalu menggorok leher Winston dan Madolyn dengan pisaunya. Atau, ia bisa mendaratkan pesawat di Anchorage, lalu - setelah merampas pistol Madolyn - menembak mati Winston dan Madolyn disana. Tapi, di sepanjang durasi film tidak ada kejelasan apa sebenarnya yang akan dilakukan Daryl pada Madolyn dan Winston diatas pesawat.
Tidak hanya itu, ditengah-tengah penerbangan yang chaos, tiba-tiba saja Rosenberg ingin tokoh Madolyn nya mengenakan kacamata hitam. Selanjutnya setelah sebuah perkelahian, Daryl sudah menggenggam kacamata hitam Madolyn dan menggunakan gagangnya untuk melepas borgol yang mengikat tangannya. Di sini terlihat betapa Rosenberg kehilangan kreativitasnya sehingga alur cerita Flight Risk terpaksa dibuat-buat.
Selalu ada drama di setiap film. Dengan adanya drama diharapkan emosi penonton bisa naik dan turun. Rosenberg (dan Mel Gibson) juga berusaha memunculkan drama di film ini. Seperti misalnya, betapa Winston sangat berarti bagi ibunya, dan juga sebaliknya.Â
Selain itu, masa lalu Madolyn yang pernah gagal mengawal saksi hingga terbunuh, juga menjadi bagian dari dialog dan alur cerita. Sayangnya kedua drama itu kehilangan kedalamannya sehingga gagal menciptakan emosi yang cukup kuat yang berpengaruh bagi keberlanjutan cerita. Satu-satunya manfaat yang didapatkan dari memunculkannya adalah: Madolyn jadi tahu bahwa pengaruh mafia sudah sampai ke organisasi tempatnya bekerja. Itu saja.
Sebagai aktor dan sutradara kawakan, Mel Gibson pasti tahu bagaimana mengambil rentetan adegan aksi dengan kameranya. Buktinya, adegan pesawat yang jungkir balik saat mendarat darurat di Anchorage terlihat nyata. Pun demikian, Flight Risk bukanlah tontonan yang menyenangkan. Nama besar Mel Gibson (dan Mark Wahlberg) gagal menerbangkan film ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI