“Kalau di Pos 1 ini daerahnya gak terlalu rawan kayak di Pos 4, jadi kasus-kasus terbawa arus itu bisa ditangani sama rescue tube aja.” Jelas Pipin. “Semua alat-alat ini juga adanya dari Australia, Indonesia masih belum punya.”
“Rescue tube ini bisa bantu korban renang lebih cepat ke pesisir. Nanti alatnya dililit ke tubuh korban, terus sama kami (Balawista) ditarik sambil berenang.” Ujar Pipin. “Sejauh ini (selama libur lebaran 2024) kecelakaan di Pantai Pangandaran Alhamdulillah selalu selesai. Keluarga yang hilang, ketemu lagi sama keluarganya. Yang terbawa arus bisa diselamatkan. Paling untuk barang-barang hilang ada beberapa yang gak ketemu.”
Namun jika dilihat dari sudut pandang lain, kepadatan pengunjung ini berdampak signifikan pada peningkatan pendapatan para pedagang. Menurut Nuraiman, seorang pedagang cuanki di pesisir Pantai Barat Pangandaran, penjualannya meningkat sekitar 70 hingga 80 persen per Sabtu (13/4/24). “Dari hari pertama lebaran sampai sekarang (hari keempat lebaran) penjualan saya meningkat banyak. Ya, sekitar 70 sampai 80 persen lah.” Jelasnya.
Nuraiman juga menceritakan banyaknya pedagang dadakan yang berjualan di pantai Pangandaran pada hari-hari besar seperti libur lebaran atau libur tahun baru. Termasuk dirinya. “Saya sebenarnya bukan pedagang cuanki, hanya membantu adik saya yang memiliki stand cuanki di sini (Pangandaran).” Ujar Nuraiman menjelaskan. “Saya cuman seminggu saja jualan di sini, setelah libur lebaran selesai, saya ya balik kampung lagi.”
Namun, di Pantai Pangandaran menjadi pedagang dadakan bukanlah hal yang mudah. Drama perebutan lapak, tidak diterimanya para pedagang baru hingga saling usir telah menjadi makanan sehari-hari para pedagang dadakan. Nuraiman menjelaskan dirinya pernah dimarahi habis-habisan oleh pedagang tetap di sana akibat tidak mengetahui peraturan lapak. Cuanki dagangannya hampir diobrak-abrik jika saja adiknya yang merupakan pedagang tetap di sana tidak menghampiri.
Nuraiman menyebutkan dirinya masih cukup beruntung. Karena dibandingkan dirinya, masih banyak pedagang yang tidak memiliki bala bantuan saat dihakimi oleh para pedagang tetap. “Memang kalau musim begini (libur panjang), kejadian gini (perebutan lapak) udah hal yang biasa. Tinggal kuat-kuatan saja kitanya.” Ucap Nuraiman. “Soalnya kalo kitanya gak kuat mah, baru diusir sekali langsung gak mau dagang lagi.”
Melihat dari sudut pandang pengunjung, penjaga pantai, hingga pedagang, memberikan keunikan tersendiri. Setiap elemen yang hadir di Pantai Pangandaran ternyata ikut merasakan kemeriahan libur lebaran 2024 ini. Meskipun sangat padat, berwisata ke Pantai Pangandaran di hari-hari besar bukanlah hal yang buruk. Dengan lebih banyaknya pengunjung, jumlah makanan ataupun barang-barang yang dapat dibeli pun lebih beragam seiring dengan berjamurnya pedagang dadakan. Selain itu, jumlah penjaga keamanan pantai yang meningkat juga dapat menjamin rasa aman untuk menghabiskan liburan di Pantai Pangandaran.
Jadi, sudah siapkah untuk berwisata ke Pantai Pangandaran pada libur lebaran tahun depan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H