Mohon tunggu...
Novita Kurniastining Wulan
Novita Kurniastining Wulan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Choose what you want, not others want

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memetik Pelajaran dari Tari Tembang Kedokan: Festival Karya Tari 2016

26 Maret 2016   10:41 Diperbarui: 28 Maret 2016   10:31 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banyuwangi gelar Festival karya Tari di Gesibu Blambangan kemarin (25/3). Festival tari yang disuguhkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ini dipadati ribuan penonton. Sebanyak 14 jenis tari ditampilkan oleh hampir seluruh sangar tari yang ada di Banyuwangi, jenis tari yang memiliki latar belakang cerita yang berbeda dan ciri khas yang kental. Diantaranya ada Tari Sensren, Ketibang Polong, Ronggo Setoto, Laras Wangi, Menjeng,  Sindrung, Pukno Kembang Menur, Gengget Melati Putih, Tembang Kedokan dan tarian-tarian lainya.

Setiap tari yang tercipta mempunyai makna yang dalam dan bisa dipetik sebagai pelajaran hidup. Tari yang berjudul Ketiban Polong bercerita tentang seorang gadis yang kesengsem (menyukai) seorang pria. Ia ingin mendapatkan pria tersebut dengan cara yang baik.  Ronggo Setoto menghadirkan cerita tentang kesaktian dan kekuatan, tari Menjeng yang berarti sikap yang lebih dari sikap ramah untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan, tari Pukno Kembang Menur memiliki cerita tentang seseorang yang membela ibu pertiwi walaupun nyawa sebagai taruhanya.

Salah satu pelajaran paling berharga bisa diambil dari tari yang berjudul ‘Tembang Kedokan’, tarian ini bercerita tentang seorang petani yang sederhana dan tidak memperhatikan penampilan fisiknya, ia berpegang teguh untuk menjadikan anaknya sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa, berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang lebih baik hingga anaknya berhasil meraih gelar sarjana. Sebuah cerita inspiratif dan kekayaan budaya yang tidak boleh hilang ditelan oleh zaman.

Berdasar dari latar belakang itulah festival karya tari ini diselenggarakan, bukan hanya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kekayaan budaya yang ada di Banyuwangi. Tapi juga untuk menghadirkan cerita inspiratif dan bermakna. Selain itu, tujuan diadakanya festival ini adalah untuk merangkul seluruh seniman agar terus berkreasi, jadi bukan hanya seni tari ‘Gandrung’ saja yang tersohor, tapi juga akan muncul tarian lainya yang tidak kalah bagus dan bermakna. Festival tari yang juga dihadiri oleh juara Enduro di New Zealand ini tidak lepas dari  tujuan utamanya, yaitu untuk menjaga, mengkreasi, dan menciptakan karya seni baru agar ciri khas budaya dan kesenian Banyuwangi tetap langgeng.

Festival tari ini telah berhasil menyedot perhatian masyarakat, hal ini bisa dibuktikan dari membludaknya masyarakat Banyuwangi di Gesibu Blambangan kemarin. Mereka sangat antusias untuk menyaksikan festival yang juga dihadiri oleh media massa dari Kompas TV dan Metro TV. Festival ini juga menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat Banyuwangi dan merupakan daya tarik bagi wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Banyuwangi. Karena Banyuwangi tidak hanya menjadi primadona wisata, kota yang berada di ujung timur pulau Jawa ini juga memiliki banyak potensi budaya yang sangat kental dan penuh akan ciri khas. Mulai dari musik khas Banyuwangi, kuliner khas Banyuwangi, batik khas Banyuwangi hingga bahasa keseharian yang digunakan oleh masyarakat Banyuwangi juga memiliki keunikan tersendiri.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun