Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

5 Tantangan Berpuasa Saat Musim Panas di Eropa

12 April 2021   22:26 Diperbarui: 13 April 2021   08:31 3940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Masjid (Sumber gambar: Pixabay/chiplanay)

"Tiga kali puasa dan tiga kali lebaran di negeri empat musim. Tapi saya bukan Bang Thoyyib". 

Akhirnya, pemerintah sudah resmi menetapkan 13 April sebagai tanggal 1 Ramadhan. Itu artinya, umat muslim di Indonesia akan mulai serentak menjalankan ibadah puasa di waktu yang bersamaan.

Sempat mengalami puasa Ramadhan di negeri empat musim membuat saya kali ini bersyukur karena bisa berpuasa di Indonesia dengan waktu puasa yang relatif singkat dan kemudahan-kemudahan lainnya.

Nah, apa saja sih tantangan berpuasa di negeri empat musim?

1. Waktu berpuasa yang berbeda dengan di Indonesia

Terlahir dan besar di Indonesia, sudah pasti terbiasa dengan puasa Ramadhan yang lamanya sekitar 13-14 jam saja. Apakah waktu tersebut lama? Tentu saja lumayan lama ya, sedikit lebih dari setengah hari.

Ilustrasi waktu (Sumber gambar: Pixabay/stevepb)
Ilustrasi waktu (Sumber gambar: Pixabay/stevepb)
Namun, bagaimana dengan berpuasa di negeri empat musim, yang konon katanya musim panasnya memberi cerah lebih lama serta musim dinginnya memberi gelap lebih lama?

Pertanyaan kapan waktu Subuh dan kapan Maghrib datang pasti membuat penasaran. Pasalnya, waktu shalat ini adalah penentu waktu sahur dan juga waktu berbuka puasa, ya kan?

Pada tahun 2018 dan 2019, bulan Ramadhan jatuh pada bulan Mei - Juni, dan juga bertepatan dengan cuaca musim semi dan musim panas di Eropa. Karena cuaca sudah mulai cerah dan juga hangat setiap harinya, waktu Subuh dan Maghrib pun berjarak cukup lama.

Tak ayal, saat itu saya sempat menjalani puasa Ramadhan selama kurang lebih 18 jam. Peralihan musim semi ke musim panas membuat waktu Subuh datang sangat awal, yakni sekitar pukul 02.00 pagi dan waktu Maghrib datang sangat terlambat, yakni sekitar pukul 22.00 malam. 

Di hari-hari pertama Ramadhan, saya sudah sedikit khawatir, apakah saya kuat untuk berpuasa selama itu dengan cuaca yang sangat terik dan tanpa AC di ruangan kelas? Belum lagi, otak masih harus fokus secara maksimal saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Namun, hal ini ternyata berat di awal-awal saja, karena memang belum terbiasa. Selebihnya, setelah beberapa hari, lambat laun tubuh sudah mulai beradaptasi dan puasa berjalan dengan lancar.

Beda lagi saat musim dingin atau musim gugur, yang memberikan waktu puasa lebih pendek. Waktu Subuh bisa datang pukul 06.00 pagi dan waktu Maghrib bisa datang saat masih pukul 16.00 sore. 

Nah, kalau puasa saat musim dingin, sudah seperti rejeki saja ya, puasanya lebih pendek dan tidak membuat dehidrasi karena cuaca tidak terik. Kalau sedang ingin curang, saya manfaatkan musim dingin untuk, ehm, membayar hutang puasa bulanan.

Sebenarnya, untuk waktu puasa yang lama ini, banyak dari kami yang menyiasatinya dengan lebih mengikuti jadwal puasa yang disediakan oleh masjid terdekat dari tempat tinggal kami daripada mengikuti jadwal puasa dari aplikasi online. Pasalnya, aplikasi online selalu mempunyai perhitungan yang jauh lebih lama daripada masjid-masjid di sana.

Kami pun tak lupa selalu berkunjung ke masjid terdekat dan mengambil selebaran kalender puasa yang disediakan. Beda waktu yang ditawarkan oleh Masjid-Masjid ini bisa 1-2 jam dari jadwal puasa yang ditampilkan oleh aplikasi online.

Jadwal shalat dan puasa di setiap Masjid pun berbeda-beda, biasanya bergantung pada Masjid tersebut adalah Masjid Turki, Masjid Sudan, atau Masjid-Masjid negara lainnya. 

2. Kurangnya waktu tidur dan padatnya aktivitas saat musim panas

Saya ingat betul saat puasa Ramadhan di musim panas, waktu shalat Isya tiba hampir tengah malam. Dan hanya jeda 2 jam saja, Subuh sudah datang.

Ilustrasi waktu untuk beristirahat (Sumber gambar: Pixabay/9883074)
Ilustrasi waktu untuk beristirahat (Sumber gambar: Pixabay/9883074)
Ini tentu adalah tantangan terberat saat berpuasa. Terkadang, jika tak ingin terlewat waktu sahur, saya sempatkan sahur sebelum tidur saja. Kalau sudah terlewat, puasa tentu saja bisa-bisa lebih dari 18 jam lamanya.

Belum lagi, jika ada kelas pagi, sudah pasti waktu tidur menjadi lebih singkat, hanya 2-4 jam saja waktu untuk istirahat di malam hari.

Dan karena berada di negara non-muslim, jatuhnya bulan Ramadhan pun tak berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan lainnya. Semua kegiatan berjalan seperti biasa, yang artinya kita harus pintar-pintar menjaga kekuatan tubuh agar tak lunglai saat beraktivitas.

Tahun 2019, saya sempat menghadiri konferensi saat bulan Ramadhan. Konferensi ini wajib sifatnya dan tentu saja saya sempat khawatir bagaimana dengan puasa saya jika harus menghadiri konferensi selama 3 hari lamanya.

Beruntung, pihak panitia mengetahui bahwa saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan bagi kami yang beragama Islam. Dan beruntung pula saya bertemu dengan beberapa peserta yang juga dari Indonesia serta negara Islam lainnya.

Panitia pun memberikan toleransi dengan menyediakan sajian tersendiri untuk kami saat waktu berbuka di malam hari dan juga membolehkan kami untuk membawa pulang sajian ringan yang disajikan di waktu istirahat siang dan sore hari.

Karena waktu puasa yang sangat lama, cuaca yang terik, waktu tidur yang kurang, serta kegiatan konferensi yang padat, beberapa teman muslim saya memilih untuk tak melanjutkan puasa di hari kedua dan ketiga konferensi. 

Saya sangat memaklumi hal tersebut, karena bahkan saat menjelang sore hari, mereka benar-benar terlihat pucat dan kelelahan. Saya sendiri juga sempat masuk angin dan tidak bisa mencerna makanan dengan baik saat berbuka puasa di hari kedua konferensi.

3. Tarawih di rumah saja

Ilustrasi Shalat (Sumber gambar: Pixabay/adelbayoumi)
Ilustrasi Shalat (Sumber gambar: Pixabay/adelbayoumi)
Meski belum pandemi, saat puasa Ramadhan di negeri empat musim, saya selalu shalat tarawih di rumah saja. Bukan karena tidak ada masjid, tapi karena waktu shalat yang terlalu malam. 

Bayangkan saja, jika waktu Isya tiba pukul 23.00, itu artinya saya harus ke Masjid juga hampir tengah malam. Dan lokasi Masjid tidak selalu dekat dengan tempat tinggal, karena jumlahnya tidaklah banyak.

Awal-awal pasti sedih, karena tidak bisa shalat tarawih berjamaah seperti di Indonesia. Tapi, karena faktor keamanan, saya lebih memilih untuk shalat tarawih di rumah saja agar tak perlu keluar rumah saat tengah malam. 

4. Godaan makanan dan minuman di semua sudut tempat

Saat musim panas, sering kali teman-teman saya bertanya, "Kamu tidak apa-apa? Sekarang cuacanya panas sekali. Kamu tidak haus?"

Ya, itulah tantangan berikutnya! 

Ilustrasi penjual es krim (Sumber gambar: Pixabay/Aleviva-Medien)
Ilustrasi penjual es krim (Sumber gambar: Pixabay/Aleviva-Medien)
Musim panas yang selalu ramai dengan penjual es krim dan minuman dingin lainnya. Jika melihat makanan, mungkin tak seberapa ya. Tapi, jika melihat minuman atau es krim, hmm, rasanya sungguh menggoda iman, apalagi di tengah cuaca terik yang bahkan belum juga menunjukkan waktu Dzuhur. 

Dan lagi-lagi, karena bukan negara muslim dan umat muslim adalah minoritas, maka sudah pasti jajanan yang menggoda perut akan terlihat dimana-mana. Kita benar-benar harus pandai-pandai menahan lapar dan dahaga agar puasa tak berhenti di tengah jalan.

5. Godaan iman lainnya

Kalau yang satu ini, berkaitan dengan, ehm, busana yang dikenakan masyarakat saat musim panas.

Gaya berpakaian di musim panas cenderung lebih terbuka karena memang cuacanya sangat panas bagi banyak orang di Eropa. Hal ini pun membuat penduduknya mengenakan pakaian yang lebih terbuka, bahkan saat di kampus sekalipun. 

Nah, karena berpuasa tidak hanya menahan nafsu makan dan dahaga, tetapi juga menahan nafsu keduniawian lainnya, maka kita pun selayaknya menjaga pandangan saat berpuasa, bukan? Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri terutama saat musim panas di negara yang jauh lebih bebas daripada di negeri ini.

Namun demikian, apapun tantangan puasanya, tentu kita harus sekuat tenaga berusaha untuk menghalau dan menghadapi tantangan-tantangan tersebut demi menjaga ibadah puasa di mana pun kita berada.

Di Indonesia pun selalu ada tantangan tersendiri saat berpuasa. Misalnya saja, godaan dahaga saat melihat iklan sirup segar di televisi, hmm.

Apapun tantangannya, selamat menjalankan ibadah puasa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun