Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wirausaha

Penyintas Fobia Mantan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Hampir Terlupa: Ceritaku Saat Jadi Pengurus Mading di Sekolah

10 Agustus 2025   16:30 Diperbarui: 10 Agustus 2025   21:18 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiriman tersebut bisa berupa puisi, cerpen, topik remaja yang sedang tren, dan pesan-pesan. Bagi saya sendiri, bagian yang paling saya suka adalah saat membaca pesan-pesan dan menuliskannya di kolom pesan "Dadu" alias "Dari dan Untuk".

Bagian pesan Dadu inilah yang paling sering membuat kami tertawa. Karena isi pesannya macam-macam, dan suka aneh-aneh. Misalnya:

Dari: Galuh (kelas 2A)
Untuk: Jodhi (kelas 2D)
Pesan: Lu sombong ya sekarang, mentang-mentang udah punya gebetan baru!

Tentunya, pesan-pesan seperti ini tidak berhenti di tangan kami. Setelah mading ditayangkan, satu sekolah akan tahu kalau Jodhi sudah punya gebetan baru. Wkwkwk.. Bahkan seingat saya, ada juga teman yang "nembak" pujaan hatinya lewat kiriman pesan Dadu.

Setiap minggunya kami menerima kiriman karya yang cukup banyak, namun kami tetap melakukan tahap seleksi apakah karya tersebut memenuhi syarat untuk ditayangkan.

Dan karena jumlahnya banyak, sementara tempat yang tersedia cukup terbatas, maka yang tidak bisa ditayangkan minggu ini akan kami tayangkan minggu depan. Saya sendiri juga sempat beberapa kali menayangkan puisi hasil karya sendiri, namun tetap dengan persetujuan dari teman-teman tim mading.

Jadi, itulah sekilas pengalaman saya selama menjadi bagian dari anak mading. Dan ternyata, tanpa disadari, diam-diam saya sudah menempa rasa cinta pada dunia tulis menulis sejak dini.

Begitu menyenangkan, bisa terlibat dalam proses yang sederhana tapi penuh makna. Dari menyalin tulisan teman-teman, menyumbangkan ide kreatif, sampai ikut menyusun tampilan mading sekolah.

Harapan saya, semangat literasi generasi masa kini bisa tetap terjaga. Meski zaman sudah serba digital, dan majalah dinding mungkin sudah mulai jarang ditemui, namun semoga tetap ada ruang bagi generasi muda untuk memupuk kecintaannya pada dunia literasi.

Sebab dunia literasi adalah ruang tanpa batas, di mana kata-kata bisa terus bernafas, cerita bertumbuh, dan imajinasi sanggup melambung jauh melompati dimensi dunia nyata.

(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun