“Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi masalah, di masa kini dan masa datang. Sebaliknya, sampah rumah tangga bila dikelola dengan baik justru akan mendatangkan berkah. Sudah sepatutnnya memilah sampah berdasarkan jenisnya ditumbuhkan sebagai kebiasaan yang berawal dari rumah tangga. Ibu, adalah sosok sentral yang diharapkan mampu berperan memulai dan menularkannya kepada seluruh anggota keluarga.”
Mengapa Ibu?
Saya punya pertimbangan yang pasti untuk hal ini. Menurut saya, seorang ibu sebagai ratu rumah tangga mempunyai “kendali utama” dalam manajemen rumah tangga. Mulai dari urusan belanja kebutuhan rumah tangga hingga tetek bengeknya. Ibu yang tinggal di rumah maupun yang bekerja di luar rumah, menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan dan kedisiplinan di rumah.
Selain anak-anak, anggota keluarga yang lain seperti asisten rumah tangga atau kerabat yang ikut tinggal di rumah juga akan melihat dan mencontoh “Ibu”. “Ayah”, secara tidak langsung akan tertular secara konseptual maupun praktikal dalam hal ini karena dalam komunikasi dengan pasangan akan terjadi diskusi antara ayah dan ibu.
Oleh sebab itu, para ibu seharusnya menyadari peran penting dirinya dalam menumbuhkan kebiasaan memilah sampah dalam lingkungan rumah tangga, sebagai awal dari mata rantai pengelolaan sampah domestik.
Ibu, sudah seharusnya memiliki kesadaran, kepedulian, dan pengetahuan yang memadai tentang jenis-jenis sampah, mengapa sampah harus dipilah, dan bagaimana memilah sampah berdasarkan jenisnya. Kemudian, hal tersebut ditularkan kepada anak-anak sedini mungkin, serta seluruh anggota keluarga.
Mengapa sampah harus dipilah?
Tahukah kita, ketika semua sampah bercampur di pembuangan, berapa lama mereka akan terurai? Jawabnya tidak sama. Selembar plastik memerlukan waktu 50 hingga 100 tahun untuk terurai, sementara sisa-sisa makanan dan daun daunan membusuk segera dalam hitungan pekan.
Sampah dari bahan logam bahkan baru terurai dalam ratusan tahun, gelas beling terurai setelah satu juta tahun, dan stereofoam bahkan tak dapat terurai. Kaleng memerlukan waktu 80 – 100 tahun untuk terurai, sedangkan kertas dan karton terurai dalam hitungan bulan.
Bayangkan jika sampah dengan jenis yang berbeda-beda berbaur jadi satu, menumpuk di pembuangan akhir, setiap waktu terus bertambah, mau jadi apa lingkungan kita?.... Yang jelas, kita akan selalu misuh-misuh oleh bau sampah, pencemaran sampah berbahaya, dan mungkin menyalahkan pihak lain. Apalagi jika kita termasuk rajin membayar iuran sampah.
Dengan membayar sekian ratus juta pun, masalah sampah belum tentu selesai dibenahi. Tapi hanya dengan kemauan dan menyisihkan sedikit waktu untuk memilah sampah berdasarkan jenisnya, segera setelah sampah itu dihasilkan, akan sangat bermanfaat mengatasinya.
Jika berkenan melihat lebih jeli, sampah rumah tangga yang memberi kontribusi terbesar pada jumlah pasokan sampah, dapat kita kelola dengan baik untuk mendatangkan berkah dengan cara yang mudah. Asalkan kita mau belajar tentang jenis-jenis sampah dan kemudian mempraktekkan di rumah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, kita akan mulai merasakan betapa sebenarnya manusia memang harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilaknnya.
Mengelola sampah dengan pemilahan yang benar akan menjadikan lingkungan kita bersih, sehat dan bernilai tambah. Selain itu, jika dilakukan dengan konsisten dan ditularkan ke lingkungan yang lebih luas secara tersistem, akan memberikan kontribusi yang besar kepada penyelamatan bumi dari pencemaran sampah.Tidak ada seorangpun yang mau mewariskan bumi yang tercemar kepada anak cucu bukan?.....
Faktanya, dari tahun ke tahun sampah yang dihasilkan manusia semakin meningkat. Kementerian Lingkungan Hidup RI mencatat peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan sbb:
TahunJumlah sampah yang dihasilkan /orang/hari (kg)19950,820001201222020Diperkirakan lebih dari 2,1
Peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan setiap orang setiap harinya disebabkan karena kemajuan teknologi yang menyebabkan manusia cenderung untuk menggunakan lebih banyak material dalam kehidupannya. Konsekuensinya, akan meningkatkan jumlah sampah. Contohnya sebagaimana disebutkan di bawah ini:a. Penggunaan tisu, diapers, plastik, alat makan sekali pakai, kemasan sekali pakai dll yang menggantikan penggunaan kain lap, saputangan, piring sendok dll.b. Setidaknya empat tahun sekali setiap orang berganti laptop, dua tahun sekali berganti handphone, konsekuensinya menambah sampah.
Peningkatan jumlah sampah ditambah lagi dengan tidak dikelolanya sampah tersebut dengan baik, tidak dipilah berdasarkan jenisnya, sehingga bercampur baur mencemari tanah dan sumber air. Masing-masing material sampah mengandung zat yang berbeda, ada yang mudah terurai ada yang sulit. Ada yang mengandung toksin pencemar lingkungan, ada yang aman. Oleh karena itulah mutlak diperlukan pengelolaan sampah rumah tangga secara terpadu, termasuk di dalamnya pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
Saat ini, memilah sampah dan mengelolanya sudah menjadi kebutuhan yang niscaya. Ambilah contoh fakta yang terjadi di tempat penulis tinggal, di Depok. Dua tahun terakhir, Tempat Penampungan Akhir (TPA) Cipayung Depok telah overload. TPA Cipayung merupakan lokasi akhir pembuangan sampah di Kota Depok. Luas TPA Cipayung sekitar 11,2 ha dan saat ini (posisi Januari 2015) tinggal tersisa 1 ha.
Jelas tidak cukup untuk menampung sampah yang terus diproduksi warga Depok setiap harinya. Pasokan sampah yang masuk ke TPA Cipayung setiap harinya sekitar 3400 m3 /hari. Sebagian besar merupakan sampah domestik (sampah rumah tangga). Saat ini Pemkot Depok sedang mengupayakan perluasan TPA untuk Unit Pengolahan Sampah (UPS) dengan teknologi dari negara lain. Perluasan TPA bukan untuk memperluas area pembuangan sampah.