Mohon tunggu...
novance silitonga
novance silitonga Mohon Tunggu... Penulis - senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terima Kasih Demokrasi: Refleksi Hari Demokrasi Internasional

17 September 2021   12:57 Diperbarui: 17 September 2021   12:58 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika ada yang mampu menyatukan kehidupan kita secara kolektif dengan tertib, beradab dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, itu karena demokrasi. Bahkan jika kita berani menjalani hidup ditengah-tengah perbedaan itu juga karena demokrasi. 

Jika kita harus tak sepaham dan tak sejalan bahkan tak mungkin sependapat dan pecah dalam arena konflik, akhirnya kita juga didamaikan oleh demokrasi melalui seperangkat norma, nilai dan aturan-aturan yang telah disepakati secara bersama-sama.

Apa hebatnya demokrasi? Demokrasi punya mekanisme dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan kita sebagai sebuah bangsa. Ia mampu menghadirkan tertib sosial dan tertib politik yang berkeadilan. 

Sekali lagi ia mampu menempatkan kita dalam harkat dan martabat sebagai manusia. Ia mampu membatasi penguasa untuk bertindak terhadap kita yang "dikuasai". Demokrasi memberi insentif atau dorongan untuk melakukan kebebasan tanpa terjebak dalam tindakan merugikan orang lain.

 Lihatlah bangsa-bangsa yang berani mengkritik penguasanya. Berani berseberangan secara langsung dengan aparat militer bahkan berani menghujat pemimpin di ruang publik. Kita tak ragu menyebut peristiwa-peristiwa demikian hanya eksis di negara yang sistem politik dan pemerintahannya adalah demokratis.

Mungkin kita bertanya, apakah pernah ada demokrasi sesungguhnya.? Substansi demokrasi adalah pelibatan rakyat secara langsung. Rakyat atau kita lah yang benar- benar berdaulat dan mengatur kehidupan kita bersama dengan yang lain. Semua paham, kondisi ini hanya mungkin terjadi dalam negara yang sangat kecil dan rakyatnya sangat sedikit. Kota Athena, Yunani pernah mempraktekkannya ketika dunia masih klasik. 

 Sulit membayangkan itu bisa terjadi dalam zaman modern. Namun esensi demokrasi masih tetap ada sampai hari ini. Kita menyerahkan kedaulatan kepada orang-orang yang kita pilih untuk mengatur kehidupan kita bersama dengan orang lain. Inilah yang kemudian kita sebut sebagai demokrasi perwakilan.

Walau hidup berdemokrasi tak selalu mudah tapi dengannya kita mampu membangun peradaban yang maju. Tentang hidup berdemokrasi, bangsa kita punya lebih dari 7 dekade  pengalaman yang bisa dibanggakan. Kita sangat pluralis dan punya wilayah geografis yang begitu luas. Bayangkan, luas daratan wilayah republik ini hampir 2 juta meter persegi. Begitu pluralnya dan punya dimensi wilayah luas sangat mungkin kita terpecah dan terbelah. 

Kita punya alasan kuat untuk berdiri sendiri-sendiri. Misalnya, bukankah orang Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan bersuku Batak bisa memilih untuk hidup terpisah dengan republik.? Orang Melayu di Riau  dan Orang Madura di Jatim meminta hal yang sama? Atau suku-suku lain yang dominan mendiami wilayah tertentu berkehendak ingin pisah dan membentuk bangsa sendiri.? Jawabannya bisa tetapi mereka tidak mau. Mengapa? 

Mereka semua percaya pada demokrasi yang menghimpun semua perbedaan dan mengupayakan kemaslahatan bersama melalui orang-orang yang dipilih dalam pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif. Sekali lagi, mereka yakin akan nilai-nilai demokrasi mampu membawa kebaikan bersama dan membawa kelayakan-kelayakan untuk hidup bersama. 

Saat ini jumlah negara yang percaya dan memilih sistem pemerintahan demokrasi jauh lebih banyak dibanding negara yang non-demokrasi atau otoritarian semisal komunis. 

Walaupun kita mengetahui ada gelombang balik dari demokratisasi ke rezim otoritarian, tetapi tetap saja demokrasi merupakan rezim pemerintahan yang jauh lebih baik dari rezim apapun walau bukan rezim yang sempurna. 

Penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional IDEA tahun 2018 menyebutkan jumlah negara demokrasi terus bertambah. Lebih dari setengah negara di dunia (62 persen atau 97 negara)  sekarang adalah negara  demokrasi dibanding hanya 26 persen pada tahun 1975. 

Lebih dari setengah penduduk dunia (57 persen) dan lebih dari 4 miliar orang sekarang tinggal di beberapa negara demokratis dibandingkan (36 persen) pada tahun 1975. 

Disisi lain, porsi negara non-demokrasi sudah berkurang lebih dari separuhnya sejak tahun 1975, dari 68 persen menjadi 25 persen tahun 2018. Singkatnya adalah bahwa demokrasi dapat ditemukan di seluruh penjuru jagat ini.

Perlu direnungkan pula bahwa demokrasi di prakteknya bukan tanpa gejolak. Justru gejolak itu menunjukkan kenormalan demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan. 

Negara-negara demokrasi membuka peluang untuk kontrol rakyat dan kesetaraan politik tetapi sekaligus ia seakan-akan mengekang kebebasan hak-hak sipil, menutup akses mendapatkan keadilan dan hak-hak sosial dan hak kesetaraan. inilah mengapa demokrasi menyediakan seperangkat aturan hukum dan mendorong penegakkan hukum sehingga demokrasi berjalan tanpa cacat.

Akhirnya kita mampu berkata demokrasi membawa dunia menjadi lebih baik, memungkinkan atau setidaknya memberi peluang untuk hidup tanpa ada rasa takut. 

Demokrasi mengiring kebebasan setiap insan untuk menawarkan perdamaian. Pada akhirnya melalui demokrasi, dunia punya harapan terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab. Terima kasih demokrasi.

Novance Silitonga, bekerja di Populus Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun