Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mendaki Gunung Prau, Mendaki Kepasrahan Hidup

12 Agustus 2023   15:13 Diperbarui: 12 Agustus 2023   15:20 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan Menuju Puncak Gunung Prau | Sumber foto: Tim Pendaki/Dok pribadi

Hanya saja ketika hujan akan menambah effort dalam perjalanan. Apalagi bila jalur adalah tanah merah yang tentu akan menyulitkan.

Sekitar jam 10 pagi kami sudah bersiap mendaki menuju pos 1.Jalur meerupakan anak tangga dari batu yang sudah disemen. Baru beberapa ratus meter mendaki saya sudah merasakan nafas tersengal sengal. Baju sudah mulai basah oleh keringat.

Oleh beberapa teman saya diminta mengarur napas dan mengatur langkah. Tidak perlu terburu buru. Ambil istirahat sejenak lalu kembali jalan lagi. Saya lakukan apa yang disarankan, karena saya tidak ingin jadi beban tim apalagi baru menuju pos 1 masih ada 3 pos lagi didepan.

Bersyukur saya cepat  beradaptasi karena tak lama saya dan tim sudah tiba di pos 1. Jarak pos 1 memang sangat dekat. Sebuah pencapaian yang membuat lega. Sejak pos 1 menuju pos 2 jalur didominasi tangga batu dan tanah. Di jalur ini bisa ditemui warung warung penjual makanan dan minuman. Tersedia juga toilet.

Menuju Pos 2 | Sumber Foto: Tim Pendaki/Dok Pribadi
Menuju Pos 2 | Sumber Foto: Tim Pendaki/Dok Pribadi

Kami sempat beristirahat dan menikmati makanan kecil dan minuman sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Perjalanan di jalur ini disajikan pemandangan indah. Suasana perkampungan penduduk masih terlihat dan masih terdengar alunan musik dangdut dari sebuah resepsi pernikahan.

Setelah Pos 2, Jalur terdiri akar akar pohon. Tak ada lagi warung warung. Pendakian jauh lebih curam dan cukup menguras tenaga. Inilah yang menjadi alasan jalur Patek Banteng memilki jalur paling pendek dan paling cepat tapi paling curam.

Mulai di jalur inilah hujan mulai turun, awalnya rintik rintik lalu berubah menjadi hujan deras. Jalur dilewari air dari atas sehingga sepatu  basah kuyup. Saya dan tim tetap melanjutkan perjalanan karena tidak ingin terlambat sampai lokasi kemah di puncak.

Bila terlambat, kami akan berjalan di malam hari dan itu cukup beresiko. Perjalanan kami memang jadi molor karena beberapa anggota tim harus ditunggu karena beberapa kendala fisik.

Menjelang sore kami berhasil tiba di pos terakhir. Pos inilah tempat kami memasang tenda dan membuka perbekalan. Ada 3 tenda yang kami dirikan. Satu tenda besar untuk para wanita dan 2 tenda yang lebih kecil untuk laki laki.

Kami juga memasang  fly sheet untuk tempat memasak makanan. Sebenarnya kami sudah membawa perbekalan sea food yang siap makan namun ketika dibongkar tak ada satupun ransel yang membawa bahan makanan tersebut. Hilang entah kemana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun