Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memuat berbagai nilai luhur yang menjadi pedoman bagi seluruh rakyat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu nilai penting yang terdapat dalam sila keempat, yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan", adalah sikap untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Nilai ini menjadi fondasi dalam menciptakan kehidupan demokrasi yang adil, terbuka, dan menghargai perbedaan.
Dalam kehidupan berkelompok, kita sering kali dihadapkan pada situasi di mana ide atau pendapat kita berbeda dengan orang lain. Apalagi ketika kita merasa yakin bahwa ide kita adalah yang paling logis atau paling bermanfaat, muncul dorongan untuk memperjuangkannya sampai diterima. Namun, hal ini perlu diimbangi dengan nilai-nilai kebijaksanaan, terutama dalam konteks sila keempat Pancasila: "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.".Â
Sila ini mengajarkan bahwa setiap keputusan idealnya diambil melalui musyawarah yang bijaksana, bukan dengan paksaan atau tekanan. Salah satu nilai utamanya adalah tidak memaksakan kehendak. Artinya, kita perlu menyampaikan pendapat dengan cara yang menghormati pandangan lain dan siap menerima hasil akhir yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu kami melakukan wawancara kepada seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang untuk mengetahui bagaimana pandangannya terhadap nilai tidak memaksakan kehendak dalam pancasila sila keempat.
Penting nggak sih untuk memaksakan ide kita kalau yakin itu yang terbaik?Â
Setelah kami melakukan wawancara kepada seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang, dia berpendapat "ide yang bagus itu sebaiknya harus disampaikan dan jika ditolak mungkin bisa dipaksakan sedikit yaa karena kalo kita biarin ide kita yang bagus itu lalu kelompok kita memilih ide yang salah, menutku itu akan berdampak buruk kedepannnya.".
Pandangan tersebut menunjukkan bentuk kegelisahan yang wajar bahwa membiarkan ide yang kurang tepat justru bisa membawa dampak negatif bagi kelompok. Dalam konteks ini, 'sedikit memaksakan' bukan berarti menolak pendapat orang lain, melainkan sebagai tanda keseriusan dan kepedulian terhadap hasil akhir. Namun, di sinilah letak pentingnya membedakan antara memperjuangkan ide dengan niat baik dan memaksakan kehendak karena dorongan ego.Â
Memperjuangkan ide yang kita anggap benar tentu diperbolehkan, bahkan merupakan bagian dari tanggung jawab untuk menyampaikannya secara logis dan mendalam. Namun, upaya tersebut harus tetap dilakukan dengan menghargai jalannya diskusi dan menjaga agar tidak merendahkan pendapat orang lain. Terlebih dalam kerja kelompok, menjaga kekompakan dan semangat kebersamaan jauh lebih penting daripada sekadar memenangkan perdebatan. Â
Pandangan mahasiswa Universitas Negeri Malang tadi dapat menjadi bahan renungan bahwa memperjuangkan ide memang penting, namun cara menyampaikannya juga harus bijak. 'Sedikit memaksakan' bisa diartikan sebagai wujud keyakinan yang kuat, selama tidak menghalangi terjadinya dialog terbuka. Jika pada akhirnya kelompok memutuskan untuk memilih ide lain secara musyawarah, maka keputusan itu tetap harus dihormati sebagai bagian dari proses demokratis. Bahkan, dalam beberapa situasi, kegagalan pun dapat menjadi pengalaman berharga yang turut membentuk kedewasaan bersama.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memperjuangkan ide yang diyakini sebagai yang terbaik merupakan hal yang sah dan penting dalam kerja kelompok. Namun, perjuangan tersebut harus disertai dengan sikap bijak dan tetap mengedepankan semangat musyawarah sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila. Prinsip untuk tidak memaksakan kehendak menjadi landasan penting agar proses pengambilan keputusan berjalan secara adil dan harmonis. Oleh karena itu, penyampaian ide sebaiknya dilakukan secara terbuka, dengan tetap menghargai pendapat orang lain serta siap menerima keputusan bersama sebagai hasil dari proses demokratis yang membentuk kedewasaan dan kebersamaan. Â