Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Air Mata Anak Jalanan di Tengah Pandemi

25 Juli 2021   07:54 Diperbarui: 25 Juli 2021   08:48 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah penjual tisu tertidur pulas di tanggapintu belakang Detos. (Foto: Norman Meoko) 

Lembaran Doa

Pandemi Covid-19 memang belum berakhir. Tidak ada bangsa di dunia yang tidak terguncang dengan wabah virus berbahaya ini. Namun, hidup tetap harus berlanjut karena sang surya masih muncul di ufuk timur dan terbenam di barat.

Namun, sekali lagi nasib seperti anak jalanan penjual tisu yang tertidur pula di tangga Depok Town Squre (Detos) siapa peduli. Mereka masih terpinggirkan bahkan kerap dilupakan. Jargon "Kota Ramah Anak" masih manis di bibir tetapi pahit dalam kenyataannya. Hanya digaungkan ketika Hari Anak Nasional diperingati setiap tahun.

Di akhir tulisan ini saya hanya ingin mengutip pernyataan Chu Pat Kai, seorang kisah Sun Go Kong yang kerap meratapi cintanya. Ia patah hati teramat dalam sehingga merobek hatinya. Ratapannya pun pernah populer bagi generasi 1990-an, "Sejak dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada akhir. "

Seperti Chu Pat Kai, saya pun remuk hati setiap kali melihat foto anak jalanan penjual tisu yang pulas tersapu mimpi di Detos. Entah bagaimana bocah penjual tisu ini? 

Kemana dia akan merebakan tubuhnya karena tangga belakang menuju Stasiun Pondok Cina sudah dipaku rapat seperti sekarang ini apalagi pusat belanja di Depok itu terkunci rapat akibat PPKM Level Empat yang diterapkan pemerintah.

Semoga kisah tragis bocah penjual tisu ini berakhir dengan manis! Saya tidak pernah bertemu sang anak penjual tisu itu kini namun dalam doa setiap malam, sosok anak itu menjadi lembaran demi lembaran doa yang saya panjatkan ke Sang Pencipta! Semoga! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun