Mohon tunggu...
Norbert Keanu Rismaryanto
Norbert Keanu Rismaryanto Mohon Tunggu... Pelajar

Akun baru

Selanjutnya

Tutup

Humor

Humor dan Lelucon Gen Z di Internet: Absurd dan Ironi

25 Mei 2025   17:00 Diperbarui: 25 Mei 2025   18:32 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Dalam era digital saat ini, generasi Z (orang yang lahir antara 1997 hingga 2012) telah menjadi fondasi utama dalam membentuk esensi humor internet. Semenjak meledaknya digitalisasi di abad ke 21, generasi Z mampu lebih mudah untuk beradaptasi dan mengikuti perkembangan era digital yang akan mempengaruhi dunia hingga masa depan, bahkan semenjak mereka masih muda. Melalui akses mudah ke media sosial, meme, dan platform digital lainnya, generasi Z mampu menciptakan gaya humor yang unik, sering kali membingungkan generasi sebelumnya, namun menjadi bahasa gaul digital yang sangat khas dan relevan di zamannya.

Salah satu hal yang membuat humor milik generasi Z untuk sulit dimengerti oleh generasi-generasi sebelumnya ialah unsur absurd alias tidak masuk akal. Humor generasi Z sering kali menentang logika. Mereka menikmati konten yang tampaknya “tidak masuk akal” tapi hal tersebut lah merupakan letak kelucuannya. Meme yang menampilkan gambar acak, teks typo yang sengaja, atau penggabungan dua hal yang tidak berhubungan menjadi hal yang normal dan dianggap lucu.

Unsur absurd bukanlah satu-satunya unsur dalam humor generasi Z yang sulit masuk akal. Lelucon yang juga sering dibuat oleh generasi Z merupakan Humor Ironis. Banyak lelucon generasi Z sarat dengan ironi dan sindiran. Mereka menyukai humor yang "menyadari dirinya sendiri", alias self-aware. Contohnya, membuat meme yang mengolok-olok dan mengejek format meme itu sendiri. Walau tidak ada makna lebih dalam, bentuk humor seperti ini menggambarkan tingkat kecerdasan budaya yang tinggi dan pemahaman mendalam akan cara kerja dunia digital. 

Ada kalanya lelucon dari generasi-generasi sebelumnya yang berhasil diimplementasikan di era digital ini, yakni dark humor. Di tengah berbagai tekanan sosial dan ketidakpastian masa depan, generasi Z cenderung menggunakan humor sebagai bentuk pelarian dan coping mechanism. Hal ini bisa terlihat di media-media abad sebelumnya walau dilakukan dan digunakan dengan alasan yang lebih berat dibandingkan tekanan sosial. Tak jarang humor mereka bernuansa gelap atau melibatkan tema seperti kecemasan, depresi, atau kegagalan hidup, tetapi dibungkus dalam gaya yang ringan, bahkan konyol.

Unsur negatif dari humor generasi Z merupakan hilangnya batas etika sosial berbahasa dalam membuat lelucon. Mike Tyson pernah berkata bahwa "Social media made y'all way too comfortable with disrespecting people and not getting punched in the face for it." Semenjak era digitalisasi, banyak aturan-aturan atau etika dalam berbahasa yang mulai jarang terlihat di kalangan media sosial.  Unsur negatif ini bisa terlihat dari jokes homok, offensive jokes, brainrot, lelucon politik, dst. Kebebasan untuk berpendapat tetap harus digunakan secara bijak, lantas unsur negatif ini perlu dihindari.

Tidak herannya, humor milik generasi Z ini sangat cepat berkembang dan terikat erat dengan budaya pop serta tren internet. Tik Tok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts menjadi platform utama humor generasi Z. Video berdurasi 15-60 detik dimanfaatkan untuk menampilkan sketsa kocak, parodi, hingga tren suara viral yang digunakan dalam berbagai konteks lucu. Sebuah meme atau tren bisa viral dalam hitungan jam, lalu menghilang keesokan harinya. Mereka hebat dalam menciptakan dan memodifikasi tren secara cepat, termasuk menggunakan bahasa internet seperti "lol", "idk","rizz", "sigma", "no cap", atau "ts pmo".

Humor generasi Z bukan sekadar hiburan namun juga mencerminkan cara berpikir, berkomunikasi, dan menyikapi realitas dunia. Dalam dunia yang semakin cepat dan kompleks, humor menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan atau opini personal, membangun komunitas antara sesama generasi Z melalui media relevan, dan menjadi senjata untuk mempertanyakan struktur sosial tradisional yang sudah ada. Humor tersebut mungkin tampak membingungkan atau bahkan tidak lucu bagi generasi lain, tapi melalui unsur keanehannya kita dapat memancarkan semangat zaman yang cepat, tidak konvensional, dan penuh kebebasan berekspresi. Di tangan generasi Z, internet menjadi panggung teater absurdis yang lucu sekaligus reflektif yakni sebuah bentuk seni digital yang terus berevolusi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun