Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Praktisi Sustainability yang fokus pada dekarbonisasi industri, pengelolaan emisi, dan penerapan green policy. Melalui tulisan di Kompasiana, saya mengajak pembaca memahami tantangan dan peluang menuju industri hijau yang kompetitif secara global.

Berbagi wawasan dan strategi menuju masa depan industri yang rendah emisi dan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Gentrifikasi, Kaum Muda dan Industri Pertambangan: Perspektif International Finance Corporate Performance Standard (IFCPs)

6 Oktober 2023   13:52 Diperbarui: 7 Oktober 2023   05:20 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kehidupan di desa (Sumber: pixabay)

Secara populasi memang 'migrasi' atau perpindahan penduduk memberikan kontribusi. Namun, pada tahun 2023 terhitung di seluruh Indonesia terdapat laju penduduk 278,69 juta jiwa (BPS, 2023) dengan kenaikan 1,05% dari 275,77 juta jiwa dan menjadi tertinggi ketiga di dunia setelah India dan China. Hal ini juga yang mendorong perubahan secara 'spasial', dimana desa perkotaan mengalami kenaikan seluas 20,47%  (2010) naik menjadi 35,31% di tahun 2020. Begitu juga dengan jumlah desa perkotaan yang bertambah, dari yang semula 15.786 (2010) menjadi 29.640 di tahun 2020. Desa perdesaan mengalami pengurangan jumlah sebesar 7.043 dari 61.340 di tahun 2010 menjadi 54.297 di tahun 2020 (kompas.com, 2021).

Mengapa fenomena ini terjadi? 

Kemunculan fenomena 'perpindahan penduduk' atau migrasi baik dari desa ke kota yang dikenal dengan 'urbanisasi' ataupun sebaliknya, dari kota ke desa dengan sebutan 'gentrifikasi', lebih disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang masif, keinginan perbaikan kehidupan dari sektor ekonomi hingga bencana alam yang terjadi karena dampak lingkungan, baik secara perubahan iklim atau climate change yang semakin kita rasakan.

Jika Jakarta menjadi tumpuan tujuan proses urbanisasi guna penghidupan layak, maka Yogyakarta menjadi salah satu kota di Pulau Jawa yang juga menjadi tujuan urbanisasi, karena tingkat kenyamanannya dengan laju pertambahan 60.000 jiwa dari mahasiswa dari 128 perguruan tinggi dan 300.000 jiwa dari mahasiswa diantaranya telah lebih dari 5 tahun menetap (jogjaprov.co.id., 2022). Artinya, secara pertambahan penduduk akan berdampak pada semakin menyempitnya ruang tinggal yang semakin menyempit dan padat. 

Hal ini sesuai dengan apa yang dianalogikan oleh Prof. Tommy Firman (Guru Besar ITB), dimana Yogyakarta yang notabene ada di pulau Jawa menjadi 'Pulau Kota' atau desa perkotaan dengan persentase regional 65, 15% yang menarik minat masyarakat yang datang untuk tinggal lebih lama di dalamnya (Harian Kompas, 2015).

Berikutnya adalah Dusun Simonet, Desa Winokerto Kulon, Kabuapten Pekalongan, Jawa Tengah adalah salah satu contoh nyata 'migrasi' dari dampak perubahan iklim atau dikenal dengan istilah 'migrasi iklim', karena abrasi yang menggenangi desa ini akibat banjir rob pada 2020-2021. 

Desa penghasil Melati yang berjarak 1 Km dari bibir pantai, kini pun terancam hilang dan penduduknya telah berpencar di berbagai wilayah. Begitu juga yang dialami oleh 3 desa pesisir Sayung Demak yang kehilangan 273 bidang tanah akibat abrasi (theconversation.com, 2023).

Artinya dengan hal ini, fenomea perpindahan penduduk atau migrasi dapat terjadi dari beberapa sisi, baik secara sosial maupun ekologis yang mendorong atau bahkan mengharuskan penduduk melakukan migrasi, baik 'migrasi populasi' maupun 'migrasi iklim'. Bahkan secara khusus Asian Development Bank (ADB) memperdiksi bahwa 1,4 juta masyarakat akan terdampak banjir ekstrem pada 2035-2044 dan  4,2 juta masyarakat yang berada di pesisir bakal terimbas banjir pada 2070-2100 mendatang (theconversation.com, 2023).

Gentrifikasi, Kaum Muda dan Relasinya dengan Industri Pertambangan

Kaum muda saat ini menjadi penduduk Indonesia yang dominan. Pada 2020, generasi Z tercatat sebanyakl 74,93 juta atau 27,94% dari total penduduk Indonesia. Berikutnya adalah generasi milenial deangn jumlah total 69,38 juta atau 25,87% (Katadata.co.id, 2021). 

Hal ini menunjukkan ke depan penduduk Indonesia dengan usia produktif semakin meningkat. Kaum muda yang tergolong dalam usia produktif ini, justru berada di berbagai kota yang diprediksi oleh BPS (2023) akan menjadi 63,4% pada 2030. Akan tetapi, meskipun kaum muda ini berada di perkotaan, namun kesadaran mereka terhadap lingkungan dan pertumbuhan populasi sangat tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun