Dok.Pribadi
Karanganyar-Pandemi Covid-19 masih terus terjadi dan seakan tak akan berujung. Banyak aspek yang mulai terdampak karena virus ini, dari pelajar yang harus mengikuti pembelajaran secara daring sampai pekerja yang harus bekerja dari rumah (work from home).
Dalam situasi dan kondisi seperti demikian, maka ada baiknya kita mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang positif, seperti mengasah kreatifitas bahkan menyalurkan hobi yang dapat menghasilkan nilai ekonomi tinggi. Hal itulah yang mendasari Noppy Ardita Putri (21) Mahasiswi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi yang sedang melaksanakan KKN “BALI NDESO” CEGAH COVID-19 Universitas Slamet Riyadi Surakarta untuk melakukan pelatihan usaha rajut rumahan yang dilakukan oleh Dyah Retnaningsih (39) warga Daratan, Rt 2 Rw 6, Tohudan Kecamatan Colomadu, Kamis (13/8). Disamping pekerjaan utamanya sebagai guru, Dyah memiliki hobi merajut dan gemar membuat barang yang bernilai manfaat. Oleh karena itu, ia mulai merintis usaha rumahan rajut semenjak tahun 2015. Adapun produk yang dihasilkan beraneka ragam dari tas, dompet, sarung dispenser, dan produk terbaru yaitu konektor face shield. Untuk harga produk yang dijual mulai dari Rp 10.000 sampai dengan Rp 150.000, tergantung besar kecil dan kerumitan produk yang akan diproduksi. Namun, tentu saja pada tahun awal ia merintis usaha berbeda dengan masa-masa modern seperti sekarang ini. Perbedaan paling tampak adalah dari perkembangan teknologi yang semakin pesat. Perlu penyesuaian terhadap perluasan pemasaran dengan digital marketing guna menghadapi kompetitor yang makin meluas. Menurut Dyah kompetitor terberat datang dari pelaku bisnis pada bidang yang sama (rajut) namun memasang harga dibawah wajar untuk hasil rajut yang dijual.
“Karena tentu berbeda harganya jika rajut dibuat dengan tangan (handmade) dan rajut yang dibuat dengan mesin” imbuhnya.
Oleh karena rajut yang dibuat Dyah adalah produk handmade ia sangat menyayangkan apabila hasil kreatifitasnya dihargai tidak sesuai dengan proses pembuatannya. Dengan tetap menjaga kualitas produk strategi pemasaran yang akan diberikan pada pelatihan ini adalah pejualan berbasis teknologi. Karena teknologi dapat menjadi kekuatan utama untuk mendongkrak nilai jual produk. Metode yang digunakan yaitu pemberian pelatihan dan pendampingan kepada pelaku usaha. Hasil dari pelatihan ini adalah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan pelaku usaha dalam pemanfaatan sosial media sebagai alat pemasaran. Terbukti dengan meningkatnya nilai jual sebanyak 70% melalui media Instagram, 80% melalui media Facebook, dan 85% melalui media story dan grup Whatsapp. Dengan memperluas jangkauan penjualan, pembeli tidak hanya datang dari kerabat dekat, namun adapula pembeli yang berasal dari luar kota bahkan luar pulau.