Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mutiara Jumat (11): Sekar Mewangi

26 November 2010   01:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:17 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290579354643311486

 

Sekar Mewangi

 

Sore di suatu restorant bilangan Jakarta…

“ Itu tho Jeng ‘pelacur’ kantor sumai-suami kita, gak tau malu….kita labrak aja bareng2 ayukk…” umpat ibu Rinda emosi.

“ Huh gayanya yang sok wanita karir, liat tuh gaya ngomongnya yang sok akrab…wanita karir apaan kalo caranya dengan menjual badannya ke suami-suami kita di kantor untuk dongkrak karirnya…” tetap dengan ketus dan lebih parah lagi, dikerasin untuk menyadarkan seorang wanita ayu yang sedang asyik berdiskusi dengan seorang pria rekan kerja kantor suami Sekar.

“ Sudah…sudah bu Rinda, sabarrr…sabarrr…” Sekar menenangkan istri, Pak Rico atasan suaminya.

“ Bu, hati-hati dengan wanita pelacur itu, jaga suami jeng Sekar jangan sampe terjerat rayuannya lagi …saya pulang dulu ya …”. Bu Rinda mencium pipi Sekar dan sebelum berlalu menghampiri suaminya yang juga sedang diskusi dengan bawahannya.

“ Pah.., Mama pulang dulu…cepetan pulang di tunggu anak-anak, meetingnya jangan lama-lama…”

“Iya Mah, bentar lagi selesai meetingnya…” jawab pak Rico.

Sekar memperhatikan sepasang suami istri dan bahasa tubuh Vonny wanita yang sedari tadi dimaki-maki bu Rinda di belakang dengan yang mencoba bersikap sopan, tapi di acuhkan …membuat Sekar juga karyawan yang sedang terlibat meeting di hari Minggu sore di sebuah restoran terbengong-bengong atas sikap arogan dan cuek yang di tunjukan bu Rinda terhadap Vonny.

Tapi semua makhlum, istri mana yang tidak terbakar cemburu bila suaminya bermain api dengan rekan sekerjanya.

Sekar sendiri menyimpan dendam terhadap Vonny yang sempat memporak-porandakan bahtera perkawinannya, tidak bisa bersikap langsung ektrim di depan wanita tersebut.

Kalau mau jujur rasanya dia juga kepengen sekali menonjok wanita ayu nan gatel lelaki-lelaki bersuami, tapi dia tidak bisa! Untuk marah-marah langsung di depannya…

Di dalam mobil setelah acara meeting, Sekar yang menemani meeting mas Amran karena  itu memang boleh mengajak keluarga, meeting yang sifatnya hanya koordinasi untuk persiapan hari Selasa-Rabu acara akhir tahun di Puncak.

“ Mas,…tadi ibu Rinda sudah mau melabrak Vonny…kalo aku tidak cegah…itu tho mantan Ayah juga…” Sekar jadi teringat kekesalan akan masa lalunya.

“ Sudahlah Mah…jangan diingat lagi…. Ayah sudah sadar kan …dan sudah minta maaf…” jawab Amran suami Sekar.

Waktu yang lalu…

Sekar beberapa kali menemukan sapu tangan, topi bahkan baju kemeja baru-baru dan hmmmm….suaminya Amran semakin suka dandan dan wangi.

Sekar suka dengan perubahan itu di luar kecurigaan yang lain, soalnya mas Amran-nya keliatan rapi, apalagi karir di kantornya juga bagus pastinya performance fisik mendukungnya.

Tetapi akhir-akhir Amran agak tempramen, dulu dia tidak pernah kasar dalam berbicara…tiba-tiba jadi pemarah. Sekar jadi bingung di buatnya, belum lagi uang bulanan yang di terima juga berkurang.

Dan kerap Amran menyebut wanita yang kadang jalan bareng dengan teman-teman kantor untuk sekedar lunch atau meeting lah…”Vonny…dan Vonny…” . Sekar tidak mau berpikir jauh…tetapi perubahan sikap yang di tunjukan suaminya benar-benar menyakitkan.

“ Ayah kenapa sih…kok jadi berubah…, ada yang salah dengan aku ?” tanya Sekar, 3 tahun usia perkawinan, hampir tidak ada masalah RT yang mengganggunya, tetapi tiba-tiba….wanita bernama Vonny itu begitu mengusiknya….mas Amran beberapa kali bilang, ini baju dari Vonny, dipilihin pas tadi jalan rame-rame…Sekar masih bertahan dan tidak memperdulikan, karena yakin akan kesetiaan perkawinan, apalagi sudah ada Naya putrikecil mereka.

“ Mah…aku jatuh cinta…aku mencintai Vonny…” tiba-tiba kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Amran, saat berdua mereka akan tidur.

Sekar langsung memunggungi suaminya, tak ada kata-kata…tapi air mata nya mengalir deras….galau hatinya, kata-kata yang barusan diluncurkan Amran bagai pisau yang menyayat-nyayat hatinya.

Berlanjut hari-hari beriktnya, kebisuan antar mereka semakin menjadi…Amran tetap dengan aktivitas kerjanya dan Sekar tetap mengajar anak-anak SMP.

Hingga 1 minggu dari pengakuan jujur Amran, kembali Amran marah-marah gak jelas, memang itu adat kaum lelaki kalau berbuat salah…cari-cari kesalahan pasangannya…apa saja yang dilakukan salah!

“Mah aku kan menceraikan kamu…! “

“Cerai?...Ayah hati-hati…apa yang barusan Ayah katakan itu sudah talaq satu…, Ok kalo Vonny dianggap terbaik buat kamu…sekarang juga Mama minta Ayah 'gentle' untuk pamit dengan bapak dan ibu di kampung…”isak Sekar, wajahnya serasa panas tapi apalah arti jika suami sudah tidak menginginkan dirinya lagi, dalam pikirannya bagaimana agar Naya tidak terganggu dengan cobaan RT yang di alami.

Amran memenuhi janjinya, dan menyampaikan keinginannya bercerai dengan Sekar…orang tua di kampung sangat tepukul dengan keputusan Amran, tetapi mungkin itulah jalan terbaik buat RT anak mereka.

Hingga suatu malam menjelang dini hari…

Amran pulang dengan kondisi mabuk…, Sekar sempat bingung karena baru pertama kali ini suaminya mabuk berat…tapi untunglah dia langsung merebahkan diri dan tertidur esoknya hingga bangun siang hari.

Setelah mandi dan duduk tenang,…”Mah maafkan aku …. Ternyata Vonny memang bukan yang terbaik,dia bermain dengan siapa saja….aku hanyalah ‘keset’ …ternyata dia hanya mempermainkan ku…” Amran menghela nafas panjang.

“ Hmmm bodohnya aku,…” tiba-tiba Amran memeluk Sekar.

Sekar tidak bisa berkata-kata tapi dalam hatinya bersyukur, kesadaran akhirnya hadir di hati suaminya dengan sendiri…

“Ayah harus minta maaf dengan ke dua orang tuaku dan kita menjalani masa iddah 40 hari karena kata cerai yang telah kamu lontarkan….” jawab Sekar.

Kembali Sekar teringat kemarahan yang amat sangat di tunjukan ibu Rinda terhadap Vonny sore tadi, sepanjang perjalan pulang sepasang suami istri yang kini dikaruniani 2 putri tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Amran teringat kembali kisah 4 tahun lalu, ketika Vonny dengan mudahnya membuang dia setelah menggaet bosnya sendiri, ternyata dia hanyalah seorang lelaki pecundang!!….dan teringat tawa Vonny yang mengejeknya gak level kalo beristri hanya dia staf biasa…

Dan pikiran Sekar “…Ah betapa kasihan bu Rinda” Sekar tau percis bagaimana Vonny menjeratnya, dan betapa ikut merasakan ketika meeting di Puncak lalu mereka berdua extent dari acara meeting yang di schedule kan, sementara bu Rinda menanti di rumah dengan pikiran suaminya sedang bekerja…….hmmm semoga Pak Rico cepat di sadarkan … dan kembali pada istri dan anaknya yang selama ini telah setia menemani hingga sukses karirnya.

Mutiara Jumat :

Kesetiaan dan kepercayaan menjadi landasan dalam ber-RT. Betapapun itu sulit, hanya kita wajib untuk berusaha dan menghormati janji kita terhadap Allah.

Have A nice Friday …

 

Source pic : indomedia.com.au

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun