Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Sad Clown (Part 3)

17 Februari 2020   21:12 Diperbarui: 17 Februari 2020   21:23 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: freepik.com

Dan sekarang aku coba kayuh dua roda yang menantang aku untuk seimbang dan horeeee aku bisa ternyata menyeimbangkan badanku, yeaay aku bisa bersepeda setelah hampir 3 bulan Nina mengajariku.

               Satu tahun bersama Nina,  3 bulan awal aku masih membawa tabiatku yang dikurung di ruang sunyi senyap, mengamuk luar biasa sebagai andalanku, tapi sekarang ... tak lagi berniat untuk acara ngamuk-ngamuk, aku tahu Nina tak akan menuruti kemauan aku atau penolakan aku, Nina tak tergoyahkan dan ini kunci mati buatku untuk tidak lagi menjadi raja kecil seperti di rumah yang apa-apa harus dituruti.

               Ya semakin ke sini aku tak ada takut apalagi hormat pada abi dan umi tapi dengan Nina dia membuatku mau ikuti aturan sekolah.

               Tahukan kalian aku akan tertib dan menurut di sekolah, tapi di rumah aku bisa sesuka-sukanya tanpa banyak aturan karena umi dan abi tak pernah melarangku, mereka membiarkan aku asalkan aku diam lagi di ruang sunyi senyap bersama bola dan botol.

               Mereka tak sadar, aku butuh dianggap ada! Seperti di sekolah bersama Nina. Walau Nina suka marah dan kesal karena aku yang sengaja suka juga buat gara-gara, tapi aku lebih terima aku dimarahi dan diomelin daripada aku didiamkan dan dikurung di ruang sunyi senyap sendiri.

               Aku lebih suka dipaksa menyapu, mengepel, mencuci piring, mangangkat kursi dengan berbagai alasan yang Nina utarakan, agar aku bisa membantu umi di rumah, agar aku tahu pekerjaan, dan terpenting berulangkali Nina bilang agar aku bisa mandiri.

               "Zein, Bu Nina mengajari kamu disiplin, tertib, dan keras karena Bu Nina sayang ... Zein setidaknya kamu bisa mandiri untuk diri kamu sendiri suatu hari ...."

               Bahkan sampai cara menggosok gigi dan hal memalukan seharusnya aku tak ceritakan tapi Bu Nina jugalah yang mengajariku. Dia yang mengajariku cara mandi, terbayang aku diajari melepas yang melekat di tubuhku satu persatu. Tapi dia mengajariku dari awal memegang gayung, mengusap tubuhku dengan sabun, memakai handuk, memakai baju kembali, dan menyisir rambut.

               Bagamana aku tidak jadi jatuh hati padanya? Setiap pulang sekolah hal yang kutunggu walau sedih berpisah tapi inilah saat aku dipeluk dan diciumnya.

               "Maafkan Bu Nina kalau hari ini ada salah Zein, kamu adalah malaikat Ibu yang terganteng. Sampai besok Sayang ...."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun