Mohon tunggu...
Kinanti
Kinanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Only Him knows the reason I met you. I want nothing eccept for crying although I really hate it the most

Every one is unique. No one can compare each other. We just should respect others whatever of ours.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sarimin, Monyet yang Merasa Maha Tahu

29 September 2020   21:16 Diperbarui: 30 September 2020   04:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sarimin, sebuah nama viral bagi anak-anak kampung yang selalu ceria. Monyet viral itu mulai beraksi diiringi taluan kendang oleh gemulai tangan si tuan, menjadi tontonan anak anak sepanjang jalan. Mereka tertawa lepas tanpa tahanan, polos, ringan, puas dengan apa yang ada di hadapan

Tetiba Sarimin mogok beraksi, si tuan lantas memberikan kacang, Sarimin pun beraksi lagi, menghibur anak-anak lagi. Sarimin melihat dan tertawa, menunding anak- anak itu tertawa palsu, menuduh anak anak itu kurang kasih sayang, sehingga cari hiburan, Sarimin makin menjadi, aksinya mulai berlagak, dengan berlagak bergaya petita petiti , merasa menjadi penting karena bisa menghibur anak-anak malang yang katanya kurang kasih sayang.

Suatu hari Sarimin datang ke kampung tempat anak-anak yang kata nya malang , punya tawa palsu dan kurang kasih sayang. Namun, hari itu tak ada yang mengerumuninya, anak-anak itu sedang berlari menuju surau, mengaji  dan bermain shalawatan.

Anak anak itu tetap tertawa lepas, polos, tapi ada juga yang menangis, namun tetap tak beranjak menonton Sarimin. Sarimin tak mendapatkan kacang. Tetiba, ada anak yang menunjunya memberi uang seperti biasa, tanpa menonton.

O, Sarimin bergumam, ternyata mereka lah yang punya tawa asli, tangisan nyata, polos apa adanya. Akulah yang membutuhksn meteka, akulah yang tertawa palsu demi mendapat recehan uang jajan yang dikorbankan buat menontonnya. 

Tanpa penonton, kamu bukan lagi Sarimin namanya. Tanpa penonton, tak ada uang buat kacangnya, tanpa penonton tak ada kasih sayang tuannya. Oooo, Sarimin mrnggaruk-garukkan kepalanya yang sedang mikir bagaimana piringnya penuh uang lagi. 

Makanya Min, hargailah pengorbanan anak-anak yang ikhlas, semata ingin memberikan bantuan, agar kamu bisa tertawa puas, jadi bukan seperti sangka burukmu. bukan karena kurang hiburan atau kasih sayang, bukan pula karena sudah berlebihan. Anak anak itu penuh cinta tanpa kepentingsn Semoga Sarimin paham. . 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun