Mohon tunggu...
Nol Deforestasi
Nol Deforestasi Mohon Tunggu... Petani - profil
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nusantara Hijau

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

KPK, BPK, dan BPKP Diminta Periksa Bulog

13 Mei 2019   13:39 Diperbarui: 13 Mei 2019   14:01 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JIBI/Paulus Tandi Bone

Ada apa dengan gudang Bulog? Seberkas misteri muncul di benak kita tiap kali mendengar polemik manajemen logistik beras yang merupakan tugas BUMN yang dikepalai Budi Waseso (Buwas) itu.

Saat ini perusahaan yang bernama lengkap Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik tersebut tercatat memiliki sekitar 2 juta ton stok beras yang menumpuk di gudang-gudang penyimpanan.

Timbunan beras sedemikian banyak terjadi akibat penyaluran yang tidak optimal. Akibatnya kualitas beras berkurang dan pada akhirnya tidak terpakai.

Tahun 2019 ini memang menjadi tahun yang berat sekaligus menentukan bagi Bulog, dimana tugas pelayanan public alias public service obligation (PSO) Bulog dikempiskan, bahkan dihapuskan.

Ini terjadi seiring selesainya transisi program bantuan pangan nontunai (BPNT). Pertengahan tahun ini, diperkirakan 15,5 juta rumah tangga sasaran yang semula menerima beras sejahtera (Rastra) pengganti Raskin bakal terlayani semua. Sebagai otoritas pelaksana, Kementerian Sosial memastikan target itu bakal tercapai. Alhasil, Bulog tidak lagi memiliki outlet penyaluran yang jelas dan pasti.

Wakil Presiden Jusuf Kalla pekan lalu bilang pemerintah tengah berencana pemerintah untuk mengubah skema bantuan sosial pangan untuk masyarakat yang selama ini diberikan dalam bentuk bentuk tunai, kembali menjadi bantuan beras guna mengoptimalkan penyerapan stok di gudang-gudang Bulog.

Bahkan ada wacana pemerintah ingin mengembalikan tunjangan pangan bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selama ini diberikan dalam bentuk uang tunai, balik ke skema lama, pemberian bantuan beras.

Audit Gudang Penyimpanan Bulog

hbla.com
hbla.com
Kendati demikian, sesungguhnya tidak ada yang tahu berapa persisnya angka jumlah penumpukan beras gudang-gudang Bulog. Itulah sebabnya diperlukan pelaksanaan audit terhadap posisi stok dan kapasitas seluruh pergudangan Bulog, agar ada kejelasan informasi dan data terkait dengan ketersediaan stok pangan nasional.

Eks Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas meminta Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso untuk transparan terkait penumpukan beras di hampir seluruh gudang Bulog. Penumpukan yang terlalu besar membuat beras-beras di beberapa wilayah menjadi busuk dan menimbulkan kerugian bagi negara.

Ia bilang untuk mengetahui ada tidaknya kerugian negara atau berujung korupsi dari penumpukan beras itu, perlu kajian dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia berharap Budi Waseso selaku eks  aparatur penegak hukum dapat menerima dan bersinergi dengan usulan langkah pencegahan KPK tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun