Entah apa yang ada hinggap di kepala Sandiaga Uno ketika mengusulkan Pulau Bali menjadi tempat pegembangan wisata halal. Kearifan lokal Bali yang tersohor ke berbagai penjuru dunia dan mampu menyedot jutaan turis berkunjung tiap tahunnya, tiba-tiba ingin "disusupi" dengan sebuah produk pariwisata baru yang kental dengan agama tertentu.
Cawapres nomor urut 02 tersebut menilai Bali punya pangsa pasar cukup luas di kalangan wisatawan asing. Dan selama ini peluang pariwisata halal saat ini justru dinikmati sejumlah negara, seperti Thailand dan Jepang. Apalagi konsep wisata halal kini sedang menjadi tren baru di berbagai belahan dunia.
"Sekarang Bangkok, Las Vegas, mengubah strategi menarik wisatawannya itu karena model pariwisata model syariah ini diminati. Menurut saya ada segmentasinya sendiri-sendiri. Jadi kalau ada destinasi wisata syariah ekonomi halal menurut saya bisa diminati," kata Sandiaga di Denpasar, Bali, seperti dikutip dari  detik.com, akhir pekan lalu.
Sontak hal ini menuai reaksi penolakan di seantero Bali. Pertama disuarakan oleh Gubernur Bali I Wayan Koster, yang menegaskan tidak berminat mengganti branding Bali sebagai pariwisata budaya. Menurutnya, selama ini, tanpa label halal pun sudah banyak wisatawan yang bisa memilah restoran atau kebutuhan terkait halal.
"Saya kira untuk Bali sudah ada branding-nya sesuai kearifan lokal Bali. Karakter Bali yaitu pariwisata berbasis budaya. Saya kira nggak perlu lagi kita mengembangkan branding yang lain justru itu akan mempersempit dan mengecilkan branding sejenis yang sudah ada di Bali, wisata budaya," ujarnya.
Hal senada dilontarkan Kadis Pariwisata Bali Anak Agung Yuniartha. Ia menyebut wisata budaya di Bali diatur dalam Perda Nomor 2 Tahun 2012. Apalagi, di Kawasan tersebut wisata halal sudah dikembangkan oleh tetangganya, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kalangan pengusaha pariwisata juga merasa keberatan dengan adanya usula tersebut. Mereka menyebut akan sulit mengganti branding Bali sebagai pariwisata budaya menjadi wisata halal.
Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel (Asita) Bali I Ketut Ardana menilai, pangsa pasar wisata halal di Bali sangat kecil. Ia juga pesimistis hal tersebut ini bisa diterima wisatawan mancanegara. Malahan dia menduga wacana ini bakal menuai polemik.
Seperti kita ketahui bersama, Sandiaga juga pernah merencanakan hal serupa di DKI Jakarta, yaitu di daerah Setu Babakan dan Kepulauan Seribu Pola yang sama ia terapkan untuk pilpres kali ini. Menggunakan issue rasial adalah jalan 'tol' untuk menggaet suara para "pemabuk agama."
Lain ladang, lain belalang. Di tanah Papua, kelompok "pemabuk agama" pimpinan Panglima Laskar Jihad Indonesia Ja'far Umar Thalib selama ini selalu menjadi sumber masalah. Baru saja Ja'far bersama 7 orang lainnya ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Papua, atas dugaan tuduhan penganiayaan dan perusakan rumah Henock Niki di Kampung Koya Barat, Jayapura, Rabu pagi kemarin.
Memprihatinkan! Warga Bali dan Papua harus menjadi korban di tanah mereka sendiri. Â Mereka justru tidak merasa aman di rumah sendiri.
Acuan
Bali Tolak Wacana Wisata Halal ala Sandiaga Uno
Gubernur Koster tolak tegas ide wisata halal di Bali ala Sandi
Polda Papua tetapkan Jafar Umar Thalib tersangka perusakan di Koya