Mohon tunggu...
Afif A. Luqmana
Afif A. Luqmana Mohon Tunggu... Karyawan -

Tidak pergi namun tidak ada disini

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menyimpan Arsip Digital Itu Berat, Biar SanDisk Saja...

24 April 2018   13:58 Diperbarui: 24 April 2018   16:58 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fitur lengkap SanDisk Memory Zone | Sumber: AndroidCentral

Arsip tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Dimulai dari kita lahir, kita mempunyai akta lahir sebagai arsip. Beranjak ke masa sekolah, ijazah menjadi arsip yang kita punyai. 

Mulai tumbuh remaja, KTP menjadi hal yang wajib kita kantongi. Begitulah seterusnya. Seiring dengan pesatnya kemajuan dan inovasi teknologi, bentuk arsip yang kita produksi sehari-hari pun berubah perlahan, dari konvensional menjadi digital. Email, tweet, blog, vlog, status media sosial, foto, sampai semua file office pekerjaan kita, semua diciptakan dalam bentuk digital.

Computerworld memprediksi bahwa jumlah data digital yang tercipta pada tahun 2020 akan melebihi 40 zettabit, setara dengan 40 triliun gigabit. Wow. Namun, dari data sebesar itu, hanya 15% data yang baru akan tersimpan daring lewat cloud. Nah, bagaimana kemudian dengan 85% sisanya?

Sandisk dan Semesta Digital

Populasi digital Indonesia adalah yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Data yang dilansir kompas.com  dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan dari 262 juta penduduk Indonesia, 143 juta diantaranya telah terhubung dengan internet sepanjang tahun 2017. Semakin mudah dan murahnya gawai dan biaya langganan paket data, membuat penetrasi internet semakin tinggi.

Namun penetrasi tinggi tersebut tidak diimbangi dengan akses internet cepat yang layak dan merata. Ditambah lagi dengan kesadaran terhadap keamanan dan backup data yang relatif masih rendah. Disinilah SanDisk mampu memainkan peranan pentingnya sebagai media penyimpanan digital yang andal dan reliabel.

SanDisk didirikan oleh Eliyahou Harari bersama Jack Yuan dan Sanjay Mehrotra dari sebuah kantor kecil di Palo Alto, California pada 1 Juni 1988 dengan nama awal SunDisk. Harari mempunyai konsep revolusioner yang disebut "System Flash", yaitu suatu konsep yang akan menggantikan hardisk  pada perangkat portabel berdaya baterai. Nama SunDisk dicetuskan oleh putri kecil Harari yang menyarankan nama yang terdengar "cerah ceria." Tujuh tahun kemudian, SunDisk berganti nama menjadi SanDisk.

Para pendiri SanDisk | Sumber: Business Insider UK
Para pendiri SanDisk | Sumber: Business Insider UK
Tahun 1990, SanDisk pertama kali menjual produknya yang didasarkan pada chip Flash SunDisk 4 Mb. Setelah itu, SanDisk terus berinovasi dalam bidang memory flash hingga berhasil menjual USB Drive pertama dengan nama Cruzer pada tahun 2002. 

Drive USB perlahan-lahan menggantikan media penyimpanan fleksibel yang berputar, seperti drive floopy, Iomega Clik, dan drive Zip dengan teknologi dan kapasitas yang terus berlipat ganda. Hingga pada akhirnya, Western Digital mengakuisisi SanDisk pada tahun 2016 senilai 19 miliar dollar Amerika atau sekitar 250 triliun rupiah dan terus berkembang hingga saat ini. Tidak heran, Harari pada tahun 2014 mendapatkan penghargaan dari Barrack Obama selaku Presiden Amerika Serikat saat itu dalam bidang inovasi teknologi. 

 Ada dua quote bagus yang dikutip dari situs resmi SanDisk Indonesia yang saya rasa mewakili spirit dan visi SanDisk:

Apa pun cerita Anda, SanDisk akan membantu menceritakannya. Mulai dari menangkap momen spesial hingga berbagi film atau lagu kesukaan, kamilah yang dapat Anda andalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun