Perkembangan teknologi dan ilmu komputer yang semakin masif semakin menggeser minat anak-anak dalam membaca buku. Hal ini semakin mempengaruhi daya baca anak-anak yang semakin berkurang.Â
Kurangnya minat membaca buku pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap kecakapan dalam mengerjakan soal-soal dan latihan di sekolahnya. Hal ini sangat mempengaruhi minat anak dalam membaca.Â
Bagaimana tidak, sajian konten melalui gadget atau gawai hanya melulu berisi hiburan yang justru tidak berisi muatan ilmu selain kesenangan pada tampilan dan latarnya saja.
Seharusnya, kegemaran dalam membaca harus dibangun atau dibentuk sejak dini. Artinya ketika masih dalam usia dini, anak-anak sudah diperkenalkan untuk membaca. Karena dengan membaca, kemampuan literasi bisa lebih terbangun dengan baik. Membaca akan menambah wawasan kita agar lebih luas dan dapat berbagi ilmu dengan orang lain. Tentu hal ini akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain untuk ke depannya.
Berbeda dengan kelompok masyarakat yang minat bacanya masih belum dibentuk dan dikembangkan. Pada masyarakat ini biasanya kehidupannya masih lebih senang untuk jalan-jalan, bermain, atau santai, dan melakukan sesuatu yang disenanginya.
Ada beberapa hal yang juga ikut mempengaruhi kurangnya minat baca masyarakat pada umumnya seperti:
- Perilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya
- Intensitas kegiatan sehari-hari
- Kondisi sosial ekonomi yang pas-pasan sehingga fokus perhatiannya lebih tercurah tentang bagaimana memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.
Karenanya gagasan pembentukan rumah baca dan taman bacaan serta bentuk komunitas baca lainnya yang semakin marak pada saat ini seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah.Â
Hal ini tentu saja untuk mendukung kelestarian minat baca dan bercerita pada anak-anak yang pada akhirnya akan mendukung pula program pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.