Mohon tunggu...
nody arizona
nody arizona Mohon Tunggu... -

Bukan pejabat yang maha kuasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berburu

24 Mei 2011   03:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada semacam ketertarikan yang kuat, juga rasa cemas akan sesuatu yang tidak pasti menimpa kami.

Perasaan itu muncul saat perburuan kedua kami, tiga laki-laki dari generasi ketiga Tukimin, dengan usia masing-masing bertaut agak jauh dan ketiga nama panggilan berakhiran huruh vocal "i" dengan “y”. Saya sendiri, Nody Arizona berusia 23 tahun, kakak saya Rony Awan Papilaya usianya tidak jelas tapi dia kelas 2 SMP saat saya masuk SD sekarang sudah punya anak satu, dan satu lagi Ricky Karunia Ramadhan yang baru saja menyelesaikan UN SD-nya.

Kalau saja ada yang menyamai rasa yang muncul di perburuan itu, maka tanpa perlu berpikir panjang saya akan bilang, “Cuma petualang Jem dan Scout Finch serta Dill dalam kisah To Kill  a Mockingbird karya Harper Lee yang bisa menyamainya.”

Ya, saat tiga anak itu mencoba membuktikan kisah tentang keberadaan seorang lelaki kulit hitam yang tidak pernah keluar rumah. Lelaki itu bernama Boo Radley, sebuah kisah keluarga misterius di Maycomb County, yang termasuk dalam wilayah negara bagian Alabama. Boo sendiri dimungkinkan telah meninggal, karena tidak pernah terlihat membeli makanan terlebih setelah ayahnya meninggal.

Petualangan yang mereka lakukan adalah membuktikan kisah itu. Setidaknya jika Boo masih hidup, mereka harus berhasil memancingnya keluar.

Dalam petualangan yang kami lakukan memang tidak untuk memancing keluar seseorang misterius. Tapi saya pikir tidak kalah menegangkannya. Perkara ini muncul setelah saya melesapkan ide untuk menembak burung merpati milik tetangga yang tentara. Dengan nada meyakinkan aku bilang pada dua sepupuku itu.

“Gimana kalau menembak merpati itu, kata orangnya nggak apa-apa diambil kalau mau.” Saya sendiri tidak pernah mendegar tentara itu mengatakan langsung akan hal itu. Cuma saya kira, pasti enak memakan daging merpati itu apalagi ini milik tentara.

Rony meskipun usianya bertaut jauh dengan saya, tetapi boleh dikatakan dia guru saya dalam berburu. Dengan ketapelnya dia mengajari saya melesapkan kerikil kecil. Pelajaran pertama yang diberikan dengan sasaran rambutan. Lumayan, tidak perlu memanjat untuk mengambilnya. Kalau saya harus memasukkannya dalam tipe-tipe guru, dia termasuk guru yang kejam, yang senantiasa menaikkan standar ujian muridnya.

Setelah berhasil menjatuhkan rambutan, ujian ditingkatkan. Kini sasarannya sebuah target bangunan kecil letaknya sekitar 30 meter dari tempat kami bersembunyi. Bangunan itu adalah toilet umum di belakang rumah, dan saya harus mengarahkan kerikil pada bagian yang terbuat dari seng.

Sekarang saya tahu pasti sangat mengesalkan sekali kalau kita sedang melaksanakan buang hajat tetapi ada yang mengganggunya. Setelah target terkena, saya biasanya mendengar umpatan dari dalam dan kadang seseorang cepat-cepat keluar dari tempat sambil mencari pelaku penyerangan. Kami pun menahan tawa dari balik rimbunan semak-semak.

Tapi kedua target itu adalah benda yang tidak bergerak. Dia pun menentukan target baru. Target itu adalah burung merpati yang ada di genteng rumah induk keluarga besar Tukimin, kakek saya yang dijuluki anak-cucu keturunannya sebagai the master of songar dan keras kepala. Dia menyontohkan bagaimana menjatuhkan burung itu bukan hal yang tidak mungkin. Sekali tidak kena, kedua terjatuh. Agar tidak ketahuan dia pun membawa merpati itu pulang. Tentu saja dimakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun