Mohon tunggu...
Nusaibah IlliyyinPutri
Nusaibah IlliyyinPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Publikasi artikel ilmiah populer sebagai mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pembersih Busa untuk Membersihkan Sepatu, Efektivkah?

21 Desember 2023   14:58 Diperbarui: 22 Desember 2023   11:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman-teman pernah tidak ketika hari sabtu mencuci sepatu untuk sekolah, ternyata hujan seharian, sedangkan hari senin sudah harus digunakan kembali? Atau.. ketika ingin pergi ke suatu acara penting, ternyata sepatumu banyak lumpur dari undangan outdoor yang kemarin dikunjungi! 

Oh tidak.. tentu akan memakan waktu lama untuk membersihkannya, bukan? Namun, sekarang kamu tidak perlu khawatir lagi! Saat ini, telah diciptakan suatu inovasi pembersih sepatu berwujud busa atau foam, yang dapat membersihkan sepatumu dalam satu kali usap, Loh! Mari simak artikel ini untuk mengetahui asal-usul busa pembersih, mulai dari bagaimana sabun berhasil ditemukan, jenis-jenis pembersih berdasarkan wujud dan perkembangannya hingga menghasilkan pembersih sepatu berjenis busa ini. Teman-teman tentu penasaran juga bagaimana suatu busa dapat secara efisien membersihkan permukaan yang kotor tanpa perlu dibilas. Yuk kita bedah semuanya.

Kenapa air saja tidak cukup? 

Kita tentu tidak asing lagi dengan slogan ini. Karena, sebelum diproduksinya sabun maupun detergen, pembersih pertama yang digunakan yaitu air. Air, merupakan salah satu pembersih yang cukup efektiv. Pada air, terdapat unsur Oksigen yang memiliki Pasangan Elektron Bebas (PEB). 

Elektron bebas ini dapat mudah bereaksi dengan senyawa lain, sehingga air dapat bersifat polar. Akibatnya, air akan mengelilingi dan menstabilkan muatan anion dan kation pada noda, sehingga susunan pada noda dapat terpecah dan larut dengan air. Namun, terkadang membersihkan dengan air saja tidak cukup, seperti membersihkan noda minyak, bakteri pada suatu permukaan, maupun patogen lainnya. Terkadang, air saja tidak cukup untuk "memecah" molekul penyusun noda minyak maupun patogen tersebut. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa membersihkan menggunakan sabun dapat secara efektif menghilangkan noda membandel. Selain itu, air tidak selalu bersih, dan air bersih tidak selalu aman. Artinya, untuk memastikan bahwa air yang digunakan benar-benar bersih dan aman, kita memerlukan sabun agar permukaan dapat bersih maksimal dan tersanitasi.

Sekitar 2200 Tahun sebelum masehi, leluhur dari Babilonian secara tidak sengaja menemukan solusi untuk meningkatkan kemampuan membersihkan pada air. Proses membersihkan dilakukan dengan menggabungkan air bersama dedaunan, dan secara tidak sengaja menciptakan sabun pertama di dunia. 

Adapun orang mesir menggunakan minyak nabati dan garam alkali untuk membuat sabun. Tekstur minyak nabati yang licin, ketika digosokkan pada suatu permukaan, dipercaya dapat "menghancurkan" molekul-molekul noda, sehingga dapat membersihkan kulit sekaligus menutrisinya. Sama halnya dengan garam alkali yang mensanitasi kulit dari patogen. Sejak saat itulah sabun jenis ini terus berkembang tidak hanya untuk membersihkan tubuh, tetapi juga mulai mencuci pakaian mereka, dan barang lainnya.

Bangsa Romawi menemukan kembali manfaat sabun dan air, lagi-lagi secara tidak sengaja. Di puncak Gunung Sapo, pengorbanan hewan dilakukan secara tradisional. Saat hujan turun, lemak hewan dan abu vulkanik mengalir ke Sungai Tiber. Campuran tersebut menciptakan larutan sabun alkali, membuat sungai menjadi tempat yang ideal untuk membersihkan diri. Dan "sapo" menjadi dasar dari kata "sabun".

Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi pada abad ke-5, tradisi mencuci diri dan barang-barang kita pun hilang, mengantarkan kita pada 1000 tahun ketidakmurnian dan kebersihan yang buruk, belum lagi beberapa wabah penyakit yang mematikan.

Akhirnya, pada akhir tahun 1600-an, kebersihan kembali digaungkan di Eropa. Karena, kebutuhan dan urgensinya untuk menjaga kebersihan dan pertahanan terhadap penyakit. Sabun batangan yang diproduksi mulai tersedia.

Namun, di beberapa negara, sabun dikenakan pajak sebagai barang mewah. Akhirnya pajak tersebut dihapuskan, sehingga orang-orang yang kurang mampu pun dapat menikmati tubuh dan harta benda yang bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun