Mohon tunggu...
Nabilla Nada Nafissa
Nabilla Nada Nafissa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Money

Making Indonesia 4.0 dan sebagai Strategi Kemenperin

25 Mei 2019   23:42 Diperbarui: 26 Mei 2019   00:01 3106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pendahuluan

Saat ini hampir setiap negara di dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 merupakan perkembangan yang terjadi pada sektor industri. Seperti namanya "revolusi industri 4.0", revolusi ini merupakan kali keempat sektor industri mengalami perkembangan. Revolusi industri pertama terjadi ditandai dengan penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga hewan dan manusia. Kemudian, revolusi industri kedua ditandai dengan penerapan konsep produksi massal dan mulai menggunakan tenaga listrik. Revolusi industri ketiga ditandai dengan penggunaan mesin otomasi di dalam kegiatan industri.

Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri keempat atau revolusi industri 4.0 membuat hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia menjadi lebih mudah. Tren otomatisasi, IoT (Internet of Things), pertukaran data terkini, AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan, dan komputasi awan merupakan contoh teknologi yang berkembang di era revolusi industri 4.0. Hal yang paling terasa dari perkembangan revolusi industri 4.0 adalah penggunaan internet. Seluruh komputer tersambung pada sebuah jaringan bersama, bukan hanya tersambung. Namun, kita menjadi selalu terhubung dengan jaringan internet. Bahkan saat ini kehidupan manusia tidak bisa lepas dari penggunaan internet dalam kesehariannya.

 Menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, revolusi industri 4.0 merupakan sebuah terobosan bagi sektor perindustrian karena revolusi industri 4.0 memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara keseluruhan dan bukan hanya di bagian produksi saja, sehingga dapat melahirkan model bisnis baru berbasis digital untuk mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang baik. Maka dari itu, sektor industri memerlukan banyak perubahan terutama di bidang penguasaan teknologi yang menjadi kunci daya saing di era revolusi industri 4.0.

Making Indonesia 4.0 dan Strategi Indonesia dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0

Sejak tahun 2011, Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas diantara manusia, mesin dan sumber daya lainnya. Dalam menghadapi era revolusi industri yang keempat ini, Indonesia memiliki beberapa strategi yang dirancang oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yaitu Making Indonesia 4.0.

Langkah dasar yang telah dimulai oleh Indonesia adalah meningkatkan kompetensi SDM melalui program link and match diantara pendidikan dengan industri. Pada langkah ini, Kemenperin bekerjasama dengan lembaga terkait seperti Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian BUMN, Bappenas, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian, Sekjen Kementerian Perindustrian, Haris Munandar, menyebutkan strategi Indonesia dalam memasuki industri 4.0 ini adalah menyiapkan lima sektor manufaktur yang menjadi percontohan dalam memperkuat fundamental struktur industri di Indonesia. Kelima sektor itu adalah sektor Industri Makanan dan Minuman, Industri Otomotif, Industri Elektronik, Industri Tekstil, dan Industri Kimia.

Kemenperin juga memiliki empat langkah strategis agar revolusi industri 4.0 dapat diterapkan di Indonesia. Pertama, pihak Kemenperin mendorong angkatan kerja di Indonesia untuk belajar dan meningkatkan keahliannya terutama dalam memahami konsep Internet of Things, yang berarti mengintegrasikan internet dengan produksi di industri. Hal ini kembali lagi dengan program link and match antara pendidikan dengan industri guna menyiapkan tenaga kerja yang terampil di sektor perindustrian.

Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu daya saing dan produktivitas industri kecil dan menengah (IKM) hingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM. Langkah selanjutnya, pihak Kemenperin meminta industri nasional agar dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Cybersecurity, Autonomous Robots, Cloud, dan Augmented Reality. Dengan menerapkan sistem industri 4.0 diperkirakan akan memberi keuntungan bagi industri dengan menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun