Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pentigraf | Siapa yang Hilang?

24 Januari 2021   00:49 Diperbarui: 24 Januari 2021   01:02 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by https://www.inc.com

Hari mulai gelap dan aku masih bersedekap dengan mata sembab menangisi kesialan yang ku alami saat ini. Sudah dua hari semenjak aku bangun tidur, tapi sampai saat ini aku masih belum bisa menemukan keberadaan keluargaku. Benar-benar aneh tapi nyata, keadaan dunia saat ini sepi sekali. Aku tak melihat satupun manusia, semuanya menghilang tanpa jejak, ohh....mungkin kepalaku sudah terbentur hingga saat ini keadaanku seperti orang gila. Kakiku sudah lemas dan tak sanggup berlari lagi, kemana harus mencari keluarga dan manusia lainnya?

Dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara manusia menangis pilu, seperti menahan rasa sakit dan luka yang teramat dalam. Suaranya semakin jelas terdengar ketika ku coba mendekat ke arah sumber suara. Aku masih terus berjalan mencari suara itu, hingga akhirnya sekelebat bayangan menarik pergelangan tanganku dengan kasar. Aku dilempar ke dalam sebuah taman, ahh....tidak ini lebih tepatnya adalah makam, dan sepertinya makam ini masih baru. Terlihat dari tanahnya yang masih merah dan basah serta ada taburan bunga segar di atasnya.

Tunggu, ini makam siapa? Ku lihat papan namanya, aku terkejut karena di sana jelas tertulis kalau itu nama temanku. Seketika aku menangis tersedu-sedu, kau terlalu cepat meninggalkan aku kawan. "Hei... Kenapa kau menangisi makamku?" Aku mendengar suara dari belakang, dan betapa terkejutnya aku ternyata itu temanku. "B-bukannya kau sudah mati?" tanyaku pada temanku itu, "Ya aku memang sudah mati, kecelakaan mobil dua hari yang lalu penyebabnya, disebelah sana adalah tempat makammu berada karena kau juga sudah mati". Rasanya seperti tercekik aku tak bisa berkata-kata, seketika aku sadar jika selama ini bukan keluarga dan orang-orang yang menghilang, tapi akulah yang sudah mati hingga tak bisa melihat keberadaan mereka lagi.

Tamat.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun