Mohon tunggu...
Ni Wayan Ari Dinawari
Ni Wayan Ari Dinawari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

semangat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keyakinan dalam Agama Hindu

23 Maret 2024   11:08 Diperbarui: 23 Maret 2024   11:09 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

KEYAKINAN DALAM AGAMA HINDU

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa agama Hindu adalah agama yang bersifat universal yang mengatur kebutuhan mental dan spiritual kemanusiaan dalam keseluruhannya. Hal ini tercermin dalam kehidupan umat Hindu yang beraneka ragam bentuk kebudayaan dan memberi corak serta wujud tertentu pada masing-masing daerah di mana umat Hindu itu dengan subur dan sangat tergantung pada situasi dan kondisi atau desa, kala, patra. 

Manusia Pertama Menurut Agama Hindu

Menurut kepercayaan Hindu, Manu yang pertama adalah Swayambu Manu, yang dipercaya sebagai kakek moyang manusia pada Manwantara pertama. Menurut agama Hindu, Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu dari Manu disebut Manawa (Dewanagari: मानव; IAST: mānava) sehingga kata 'manusia' dalam bahasa Sanskerta disebut manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu). Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan Satarupa merupakan pria dan wanita pertama di dunia, atau era kehidupan pertama. Setelah masa Swayambu Manu berakhir, dunia memasuki masa Manu yang baru, dan demikian silih berganti sampai empat belas Manu terlahir ke dunia.

Dasar Keyakinan Agama Hindu

Ajaran paling dasar menurut agama Hindu yaitu  Panca Sradha secara etimologi terdiri dari kata Panca dan Sradha, Panca adalah lima dan Sradha adalah keyakinan atau kepercayaan. Lima dasar kepercayaan itu adalah :

  • Keyakinan terhadap Brahman atau Widhi Tattwa
  • Keyakinan terhadap Atman atau Atman Tattwa
  • Keyakinan terhadap Karmaphala atau Karmaphala Tattwa
  • Keyakinan terhadap Samsara atau Samsara Tattwa
  • Keyakinan terhadap Moksa atau Moksa Tattwa 

Hubungan Surga Dan Neraka Dengan Panca Sraddha

Setelah meninggal atman sesorang akan mempertanggung jawabkan karmanya. Hindu meyakini bahwa semua yang hidup pasti memiliki karma baik dan buruk. Atman tersebut akan dibawa ke neraka untuk karma buruknya dan ke surga untuk karma baiknya. Lamanya mereka berada di surga dan neraka sangat tergantung karma yang mereka lakukan semasa hidup. Setelah itu, atman memiliki kesempatan untuk reinkarnasi kembali. Reinkarnasi berikutnya juga ditentukan dari karma kehidupan sebelumnya. Kami percaya leluhur yang telah meninggal akan kembali lahir membawa kebaikan menjadi anak ataupun cucu di kehidupan mendatang. 

Bagi umat Hindu, moksa merupakan tujuan tertinggi dalam hidup. Moksa identik dengan kemerdekaan sempurna, ketenangan spiritual yang kekal abadi, ketenteraman rohani, dan bersatunya Atman dengan Brahman. Diyakini bahwa ada empat Yoga (pengendalian) atau marga (jalan) untuk mencapai moksa. Sebagai berikut: berbakti demi Yang Mahakuasa (Karma Yoga), memahami Yang Mahakuasa (Jnana Yoga), bermeditasi kepada Yang Mahakuasa (Raja Yoga), dan melayani Yang Mahakuasa dengan bakti yang tulus (Bhakti Yoga). 

Mengapa Orang Bisa Bunuh Diri, Solusi Menurut Agama Hindu

Mereka yang meninggal dengan sengaja menghilangkan nyawanya ini, juga disebut ulah pati, ulah pati dianggap hal yang sangat berdosa. Dalam Manawa Dharma Sastra, dijelaskan juga bahwa dosa ini juga akan menular untuk mereka yang ngentas dan mereka yang mengambil mayatnya. Kasarnya, yang berdosa akan dapat menularkan dosa pula. 

Menurut Lontar Yama Purana Tattwa (22b-23a) 

Orang yang meninggal karena bunuh diri sebaiknya dikuburkan terlebih dahulu agar ia dapat beryoga selama tiga tahun untuk menebus kesalahannya. Setelah itu dibuatlah upacara kematian seperti biasa. Bila semua itu dilanggar, pihak yang mengentas akan disiksa oleh Cikrabala, lalu diserahkan kepada Sang Yamā Dipati, kemudian ditenggelamkan di kawah Cambra Gomuka. Sedangkan yang memimpin upacara juga ikut menanggung akibatnya, dan bilamana ia menjelma nanti pada keturunannya ia akan cacat, berkaki tiga, menyatu (dempet), jari-jarinya lebih (dimpil).

Dalam hal ini, Kitab Sarasamuccaya 4 juga telah memberikan tuntunan kepada kita sebagai umat Hindu bahwa Reinkarnasi atau penjelmaan ini pada dasarnya merupakan jembatan emas untuk bisa lepas dan bebas dari lautan penderitaan melalui perbuatan baik. Untuk itu, manfaatkanlah menjelma menjadi manusia dengan baik sebab penjelmaan sebagai manusia sangat sulit didapat meskipun hina atau menderita, janganlah hal itu dijadikan alasan untuk mengambil jalan pintas untuk bunuh diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun