Mohon tunggu...
Nito Waruwu
Nito Waruwu Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S1 Marketing Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Prasetiya Mulya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbisnis Sejak Taman Kanak-kanak

3 Mei 2016   08:56 Diperbarui: 6 Mei 2017   15:54 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Copycino Logo from google.com

Raden Theodorus Ega Wang, atau lebih dikenal sebagai Teru Egawa, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Sugiantoro Wang dan Raden Ajeng Sandrawati Kusumadjaja, telah memiliki cita-cita menjadi pengusaha bahkan sejak ia kecil.

Ketika TK masih menekankan pentingnya pemahaman dasar seperti baca, tulis, dan hitung, seorang Teru Egawa sudah tertarik untuk berbisnis. Saat ia berumur tiga tahun, ia sudah mulai berjualan permen. Hal yang mendorong Teru untuk berjualan pada awalnya bukan ingin meraup untung sebanyak-banyaknya, melainkan karena ibunya yang melarang dirinya untuk makan permen.  Suatu hari, secara diam-diam Teru bergegas ke kantin sekolah untuk membeli sebungkus besar permen, lalu mulai menjualnya kepada teman-temannya. Ia sampai harus berhutang untuk membeli permen tersebut.

Kisah bisnis Teru berlanjut di zaman Sekolah Dasar. Ia mulai menjadi reseller berbagai jenis barang. Disamping itu, ia ingin membuat sebuah website namun ia tidak mengerti cara membuatnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membayar seorang programmer untuk membuatkan sebuah website. Jadilah sebuah website bernama tepoknyamuk.com, sebuah website jual-beli dengan sistem lelang. Awalnya, ia tidak berniat untuk berjualan di website tersebut. Namun, setelah melihat peluang yang terbuka lebar, ia memanfaatkan website tersebut untuk berbisnis.

"Waktu itu saya benar-benar ke Mangga Dua, belanja beberapa barang, dan akhirnya saya jadi reseller. Ada beberapa jenis barang yang saya jual, misalnya waktu itu ada merek headphone yang lagi hits namanya Mix Style. Awalnya, saya beli headphone ini di mereka. Tapi, waktu itu saya berhasil mendapatkan headphone Mix Style dari luar dengan harga yang lebih murah, sehingga saya impor lalu saya supply ke beberapa toko di Mangga Dua. Lalu, saya juga pernah berjualan senter tanpa baterai. Selain itu, ketika wabah SARS sedang merebak, saya  berjualan masker. Waktu itu saya benar-benar jualan on the street, hampir mirip dengan anak-anak jalanan bisa dibilang. Itu semua untuk mengumpulkan modal pembuatan website," ujar alumnus SMA Don Bosco 2 Jakarta  ini.

Beranjak ke kelas 2 SMP, Teru mendirikan perusahaan pertamanya yakni Unixon. Unixon berawal dari komunitas b-boy yang dimilikinya. Waktu itu, ia dan teman-teman satu komunitasnya memikirkan sebuah kegiatan yang lebih produktif ketimbang hanya menari saja. Atas nama Unixon, akhirnya ia beserta crew-nya mulai berjualan lebih dari 600 jenis barang melalui tepoknyamuk.com. Ketika masa SMA beranjak kuliah dan teman-teman Teru sudah mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing, Teru me-rebrandingUnixon sebagai sebuah branding expert yang menyediakan jasa pembuatan logo, video interaktif, dan website.


Perjalanan bisnis Teru bukan tanpa rintangan. Suatu saat, ia ingin dibuatkan sebuah mobile app. Waktu itu belum banyak orang Indonesia yang mampu; ada pun harganya sangat mahal. Singkat cerita, ia membayar 80 juta rupiah kepada seorang programmer India yang nantinya Teru ketahui sebagai seorang penipu yang cukup ulung di India. Mobile app belum jadi; uang sudah dibawa lari.

Namun, Teru bangkit lagi. Seorang Teru Egawa identik dengan sebuah brand yang tidak asing lagi di mata para prasmulyan, yakni CopyCino. CopyCino merupakan sebuah usaha yang menyediakan jasa print, scan, dan photocopy gratis. CopyCino merupakan sebuah usaha yang ia rintis bersama keempat rekannya: Abdurrohman, Richard Kuncara, Daniel Setiawan, dan Paulina Felicia. Sebenarnya, pengembangan software CopyCino sudah berjalan sejak ia masih duduk di bangku SMA. Walaupun demikian, implementasi bisnis CopyCino sendiri baru berjalan saat mata kuliah Business Creation. Berkat dedikasi yang tinggi, CopyCino sekarang memiliki dua outlet di Prasetiya Mulya BSD dan Summarecon Digital Center.

Teru tergugah untuk menjalankan CopyCino karena salah satu temannya, yang secara ekonomi tidak terlalu memadai, sering mengalami kendala ekonomi setiap kali harus printtugas. Dari sini, Teru menyadari bahwa ada suatu masalah sosial yang dapat ia pecahkan melalui bisnisnya.

Ketika CopyCino awal berdiri, banyak pihak yang meragukan bisnis ini. Banyak orang yang tidak mengerti mengapa Teru ingin menciptakan sebuah bisnis yang menyediakan sebuah jasa yang gratis. Menurut Teru, bisnis yang ia jalankan ini konsepnya berbeda dengan bisnis pada umumnya. Konsep yang diusung oleh CopyCino adalah konsep social business.

"Sebuah social business dinilai dari seberapa besar impact sosial bisnis tersebut terhadap masyarakat. Sementara, uang hanya sebagai medium untuk men-sustain bisnis tersebut," ujar mahasiswa S1 Bisnis 2012 yang sudah memenangkan sepuluh lomba bisnis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun