Keluar dari kantor di bilangan duren tiga, Risa langsung ke halte bis. Sambil menunggu bis, Risa membuka catatan kuliah hari ini.
"Ya ampun ada tugas mekanika tanah, belum aku buat," guman Risa dalam hati.
Pekerjaan yang bertumpuk tadi, tak memberi kesempatan pada Risa untuk membuka buku. Biasanya Risa mengerjakan tugas-tugas dari dosen disela jam kerja, tapi hari ini kesempatan itu tidak dapat dilakukan.
Setengah jam kemudian, bis datang, dan Risa bergegas naik, yang dipadati anak-anak pulang sekolah.
"Bis ini tidak pernah sepi dari anak sekolah", gerutu Risa dalam hati.
"Kasih jalan, kasih jalan", teriak kondektur agar Risa dapat masuk ke dalam di antara desakan penumpang yang sedang berdiri.
Tiba di sebuah kursi, ada yang mencolek Risa, "Silahkan duduk, mbak" seorang laki-laki separuh baya mempersilahkan Risa untuk duduk di kursinya.
"Terima kasih, pak" sahut Risa sambil duduk.
"Tumben ada yang baik di antar penumpang bis, ini?" bisik Risa dalam hati. Ingin rasanya Risa melihat bapak yang memberinya duduk, tapi sayang wajah sang bapak tertutup oleh penumpang yang berdiri berjejal. Hanya bajunya yang terlihat.
"Kampus-kampus" teriak kondektur.
"kasih lewat, kasih lewat", kembali kondektur berteriak, agar memberi jalan penumpang yang akan turun.